"Ma, Ama kangen." Ama memeluk mamanya yang bengong.
"Cerita sama mama anak laki-laki mama kenapa?" Mamanya tetap bersorak dalam hati. Seorang Ima meruntuhkan hati Ama.
"Kangen aja ma." Ama duduk lemah.
"Kangen mama apa kangen Ima?" Mamanya menggoda Tama. "Padahal Ima baru aja dari sini."
"Ama kan tumben bisa kangen mama makanya kayak gini. Jadi jangan dikaitkan dengan Ima." Tama meminum air putih yang ada di meja.
"Hahahaha." Mamanya tertawa kencang.
Tama bengong.
"Saking galaunya anak mama sampai minum aja nggak lihat keadaan."
Tama gagal paham.
"Itu punya Ima karena tadi belum sempat dibersihkan sama karyawan disini."Tama menggeram. "Mama sengaja kan. Ini Ama loh ma. Anak mama. Kok mama tega ngerjain anak sendiri."
"Mama lebih sayang sama calon menantu mama." Mamanya meminum lagi teh melati.
"Siapa yang dimaksud mama itu menantu? Ima?" Tama sudah naik tensi.
"Cie yang siap kasih mantu ke mama." Mamanya menggoda anaknya yang sudah berwajah masam.
"Ama balik aja ke kantor, disini mama kayak gitu terus." Tama berdiri hendak berlalu. Namun mamanya beraksi.
"Halo assalamualaikum papah sayang, Ama pah. Dia nggak mau sama Ima yang calon mantu pilihan mama." Mamanya berpura-pura sedih. Dan menspiker panggilan.
"Wa'alaikumsalam ma, yang asistennya itu?"
"Iya pah. Malah Ima di pecat lagi pah seminggu yang lalu. Kan Ama jahat ya kan. Masa calon mantu kita pengangguran karena dipecat oleh calon suaminya sendiri sih pah." Mamanya menjulur lidah ke arah Ama.
"Oh ya. Ada Ama disitukan. Mana orangnya?"
Mamanya mengulurkan handphone ke Ama.
"Halo pah. Apa kabar?"
"Assalamualaikum Ama. Kamu kebiasaan ya orang tua bicara nggak dikasih salam.
"Wa'alaikumsalam papa. Kapan papa balik? Ama sudah nggak sanggup dengan kelakuan mama yang mau cepat dapat menantu."
"Oh jadi kamu sekarang nggak sanggup hidup dengan mama. Kamu nggak ingat siapa yang melahirkan kamu hah?"
Ya salam papa kemakan akalnya mama.
"Bukan gitu pa." Tama sudah frustasi akut."Atau kamu pindah aja ke Kalimantan mengurus semua cabang perusahaan kita. Jadi kamu bisa terhindar dari keinginan mama kamu. Gimana? "
"Itu saran yang cukup baik. Namun kebangetan sih pa, harus kesana." Tama terduduk kembali ke kursi.
Mamanya senyum-senyum tidak jelas."Atau Ima yang ke Kalimantan."
Mamanya berteriak "papa".
"Ama setuju. Ama ke kantor dulu papa." Ama tersenyum senang, lalu menyerahkan handphone ke mamanya. Lalu mencium tangan mamanya.
"Kok papa jahat sih. Kalo Ima yang kesana otomatis mereka berdua sulit disatukan pa."
"Hahaha ma, justru karena mereka jauh akan membuat mereka saling terkait dan akan saling menghubungi."
"Oh gitu. Tapi awas aja kalo mereka nggak dekat lagi."
"Papa janji ma. Nomor satukan calon menantu kan maksud mama."
"Tuh tau papa. Ya sudah mama balik dulu ya pa. Assalamualaikum. Jaga kesehatan disana. Love you pa."
"Wa'alaikumsalam ma. Mama juga. Love you too ma."
Bu Riska senyum-senyum dengan misi yang akan dijalani olehnya. Berbunga-bunga persis bunga mekar di musim hujan.
Kalian akan dipersatukan secepatnya, bagaimanapun caranya.◎◎◎◎◎◎◎
Ima menggeret kopernya menuju ruang tunggu karena 1 jam lagi pesawat yang akan ditumpangi bertolak ke Kalimantan.
Ima menoleh ke belakang melihat keluarganya dan kedua orang tua Tama ikut mengantar. Jangan berharap big bos ikut mengantar. Berbagai macam alasan Tama utarakan ke mamanya.
"Bilang aja kamu nggak mau lihat mukanya Ima takut kangen berat."
Ungkapan seorang nyonya Restu Aditya Pratama ke Tama yang tidak ingin ikut mengantar Ima ke bandara.Ketika terdengar suara panggilan untuk penumpang dengan tujuan Palangkaraya, Ima berdiri ke arah pintu yang dimaksud untuk cek boarding.
✩✩✩✩✩✩✩
Sebulan disini aku sangat bahagia apapun itu. Pegawai yang bekerja dengannya sangat bisa diandalkan dan easy going.
Namun tiba masanya kalau es salju akan datang. Orang yang paling dihindari akhirnya dipertemukan dengannya. Abi Rizki Pratama. Mendengarnya pun "malas" atau bisa dibilang nggak banget.
Tok tok tok
"Assalamualaikum bu""Wa'alaikumsalam masuk."
Ima menengok ke pintu, dan sebuah senyuman dari sekretarisnya.
"Berapa kali saya bilang, saya nggak mau dipanggil bu. Berasa tua banget." Ima terkekeh."Maaf mbak. 1 jam lagi pak Tama akan datang. Jadi bisa dari sekarang berangkat ke bandara." Rina mencek jadwal kedatangan bos utama perusahaan.
"Baiklah, siapkan mobil dan saya akan berangkat 10 menit lagi." Ima tersenyum.
Jangan harap si Tama mau dijemput oleh yang lain, malah menyusahkan si Ima. Dia berkeinginan Ima sendiri yang mengambil dirinya ke bandara.
"Saya akan berkunjung 1 minggu lagi dari hari ini. Dan saya tidak ingin orang lain yang menjemput apalagi yang kamu suruh itu sopir kantor. Kedatangan saya harus kamu yang jemput. Tidak boleh mengajukan banding ke saya." Ungkapan Tama ditelpon masih menguasai otaknya sampai saat ini.
Sebenarnya Ima sudah merasakan tidak sehat selama beberapa hari ini, karena terlalu memporsir tenaga dan pikiran. Penjualan yang membludak dan dengan beberapa tumpukan berkas yang harus diperiksa. Kepala Bidang Pemasaran, itu jabatan yang harus diterima sebagai amanah."Ya Allah, semoga nggak kumat itu penyakit orang satu. Kalau cuman bicara yang nyolot nggak papa, tapi kalau kelakuannya yang aneh itu. Ahhh dasar bos rese." Ima memijit pelipisnya yang agak pusing.
Sesampainya di bandara.
Suasana hiruk pikuk sangat terasa, Ima melihat papan pengumuman yang memperlihatkan jadwal kedatangan pesawat Tama. Masih tersisa 30 menit lagi. Ketika hendak melangkah menuju toko yang menjual aneka camilan dan minuman ringan, kepalanya berdenyut. Ima mendudukkan tubuhnya di kursi tunggu.Entah karena asyik berteman denyut kepalanya yang menjadi-jadi, Ima tak menyadari bahwa di depannya kini sepasang mata berkilat marah.
"Saya suruh kamu gimana kemaren. Kamu lupa hah?"
Suara dingin bercampur amarah itu menjadi perhatian Ima.
Sabar Ima, toh orang ini cuman sebentar saja. Dan mari berusaha sehat.
Ima menarik nafas dan menatap Tama.
"Maaf pak." Ini mode pertahanan kecil."Cepat sana duluan ambil mobilnya."
Nah kan main perintah dan tidak lihat situasi dan kondisi orang.
Ima mengangguk dan segera berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)
General Fiction"kamu yakin pengen hidup sama saya? Kamu kan orangnya nggak mau di atur." -Abi Rizki Pratama "Mulutnya ya pak" ~Fatimah Nafisha Azizah #1 Novel @ 11 Mei 2018 #5 General Fiction @ 6 Mei 2018 #9 General Fiction @ 14 April 2018 ◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎...