Kabar bahagia yang tidak bisa disembunyikan dari kedua keluarga besar itu sangat membuat kewalahan sepasang pengantin sebulan itu menjawab dan mendengarkan wejangan dari kaum tetua.
Neneknya yang dikabari oleh mamanya Ima pun turut sumbangsih petuah menghadapi kehamilan muda itu.
Sampai pada akhirnya batre ponsel Ima lowbat.
"Mas, bawa charger nggak? Hp aku nggak nyala." Ima menyerahkan ponselnya ke Tama. Yang langsung disambungkan ke listrik.
"Kamu capek?" Tama berinisiatif memijat kaki istrinya.
"Telinga aku yang capek mas. Iya kalau cuman semenit atau 15 menit, ini sejam lebih loh mas." Memilih merebahkan di dada suaminya.
"Sabar ya sayang. Mereka kan sayang kamu. Apalagi itu cucu pertama mereka. Excited bukan. Kita juga sama kan, bahagia pakai banget kuadrat bahkan kubik." Tama tersenyum penuh sayang ke arah istrinya.
"Iya sih mas. Cuman nggak sehat telinga aku. Apa kita ke dokter THT aja ya?" Ima memulai leluconnya.
Tama tertawa mendengar ucapan istrinya. "Nggak mau sesuatu gitu? Makanan atau apalah gitu?"
Ima tertawa mendengar penawaran cuma-cuma dari suaminya. "Lagi nggak pengen mas. Eh kita nyobain roti bakar yang di simpangan itu yuk."
"Sekarang?"
"Ya iya lah mas sayang. Masa subuh nanti." Ima kembali merapikan baju dan kerudung.
Tama tersipu tidak jelas setelah mendengar istrinya memanggil 'mas sayang'.
"Ih si mas, bukannya siap-siap malah senyam senyum aja." Mencolek-colek lengan suaminya.
"Ayo Yang, mau digendong apa jalan sendiri." Tama menggoda istrinya yang sudah kebal dengan gombalannya.
"Simpan tenaga mas buat aku ngelahirin nanti. Oke." Ima menyeret suaminya yang ingin meluncurkan gombalan terbarunya.
🍭
"Assalamualaikum Ima." Seorang pemuda menyapa Ima yang sama-sama menunggu roti bakar.
Ima menoleh melihat siapa yang menyapa. Seulas senyum ia berikan membuat suaminya berekspresi masam. "Wa'alaikumsalam Za. Sama siapa?"
Api berkobar disekitar gerobak roti bakar. Eh bukan tabung gas bocor lalu meledak. Bukan. Itu hatinya Tama yang berkobar.
Tama memeluk pinggang istrinya. Ima menghela nafas. Bibit cemburu yang Tama simpan dulu, sekarang tumbuh.
"Sendirian. Kamu apa kabar?" Riza menanyakan tanpa tau kondisi kalau suami temannya itu sudah berasap bak asap bakaran sate kambing.
"Oh. Alhamdulillah baik. Nah duluan ya Za. Assalamualaikum." Ima mengambil plastik yang didalamnya roti bakar.
"Oke. Wa'alaikumsalam." Riza menyunggingkan senyum.
Tiada terkira ucapan syukur dari sang suami. Istrinya tidak akan berbicara lagi dengan pemuda itu.
Setelah naik keatas sepeda motor, Ima berniat menggoda sang suami yang dari tadi sudah tidak enak situasi wajah dan hatinya.
"Dia itu jomblo mas. Ganteng kan. Dia itu dulu sempat berniat melamar aku, cuman nggak tau kenapa katanya ada orang datang kerumah dia dan bilang gini, 'Kamu jangan berani-berani melamar Ima. Dia itu punya saya'. Sampai sekarang si Reza itu nggak mau ngomong siapa orangnya." Ima nampaknya masih memainkan tipu muslihat.
Tama tentunya juga ikutan penasaran. Siapa yang curi start di masa lalu. Itu akibat perasaan yang bedebah. "Kita balik aja yuk ke gerobak roti bakar."
"Hah, mau pesan lagi?" Ima kaget.
"Bukan." Tama menjawab semangat.
"Terus apa?" Ima aneh dengan gelagat suaminya itu.
"Mau nanyain ke Za Za itu, siapa orangnya yang berani mengaku punya kamu." Tama hendak putar arah.
"No, no, kurang kerjaan banget. Itu rumah mama. Artinya kita sudah sampai. Udah malam juga kok." Ima menghentikan tindakan suaminya.
Kali ini boleh gagal, besok nggak boleh. Tekadnya si pak bos luar biasa.
Setelah sampai, mereka langsung memasuki rumah. Mereka menikmati roti bakar bersama.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Mereka bergegas memasuki kamar. Tama yang masih penasaran dari tadi langsung bertanya kembali ke istrinya.
"Hahahaha.. mas, dengar ya. Yang tadi itu, cuman bohong." Ima menatap wajah suaminya yang melongo.
"Sayang, kamu ngerjain suami kamu ini hah. Capek hati mas mu ini. Kamu kok kayak gini. Belum nanti ngidam. Pasti usil nggak ketulungan." Tama segera merebahkan diri dan menutup tubuhnya dengan selimut meninggalkan Ima yang masih tertawa puas.
🍭🍭01.04.2018🍭🍭
A
ssalamualaikum wrwb.
Cie cie,,pada senyum semua saya update ekstrak ekstrak.
Kok kalian jahat ya,,cerita aku yang satunya nggak mau sumbangsih vote. (Lelah adek bang)😂
Makasih ya yg masih ngikutin cerita ini. Love love buat kalian semua.
Ma'as salamah antum sekalian.✋
Wa'alaikumsalam wrwb.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)
Ficción General"kamu yakin pengen hidup sama saya? Kamu kan orangnya nggak mau di atur." -Abi Rizki Pratama "Mulutnya ya pak" ~Fatimah Nafisha Azizah #1 Novel @ 11 Mei 2018 #5 General Fiction @ 6 Mei 2018 #9 General Fiction @ 14 April 2018 ◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎◎...