27

41.5K 2.3K 48
                                    

Tin tin......

Brukkkkk....

Tama berlonjak kaget. Segera keluar mobil. Wanita yang baru beberapa menit lalu berseteru dengannya sekarang tergeletak di dekat trotoar. "Imaaaaaaaa..." Tama histeris dan berlari ke arah Ima. "Ma bangun, bangun. Aku setuju sama rencana kamu. Lihat aku Ma." Tama memeluk Ima. Namun Ima tidak bergeming.

◎◎◎◎◎◎

Suasana pagi itu kelihatan dramatis sekali. Tama meraung-raung bak ditinggal mati oleh Ima. Orang yang menyerempet Ima tadi hanya bisa menghembuskan nafas lelah menghadapi sikap Tama yang mendadak cengeng. Berusaha membujuk agar membawa perempuan yang ia serempet ke Rumah Sakit terdekat. Namun ditolak mentah-mentah.

"Ya sudah kalau bapak tidak mau, saya tinggal ya. Saya ada urusan lagi pak." Sopir itu frustasi.

○○◎◎◎○○

Pagi itu bertepatan dengan tugas dihari pertama Bripka Andre di Jakarta setelah dipindahkan dari kota Palangkaraya. Di tengah asyik mengendarai sepeda motor melintas di jalan Anggrek, ia melihat orang berkerumun. Penasaran, ia memarkirkan motornya di dekat trotoar.

"Permisi bu, ada apa ya kelihatannya ramai?"

"Oh itu pak, calon istrinya terserempet waktu keluar dari mobil mau nyebrang jalan. Ditawari ke Rumah Sakit malah ditolak calon suami."

"Emm. Makasih ya bu." Andre melangkah mendekat ke arah sumber berita. Ia kaget, seorang kenalannya terserempet. Ya perempuan itu Ima. Padahal beberapa hari yang lalu bertemu waktu di pesawat ketika sama-sama pulang ke Indonesia.
"Maaf pak, kalau tidak dibawa ke Rumah Sakit, takutnya mbak Ima kenapa-napa lagi."

Tanpa mendongak melihat siapa yang berbicara dan kenal dengan calon istrinya. Huh pak polisi ini lagi. Perasaan ketemu dia terus. Jangan sampai dia suka sama Ima.
"Nggak perlu kamu perintah, saya bakalan bawa dia."

Sombongnya minta ampun.

Andre angkat bicara, "kenapa tidak dari tadi?"

Ngajak debat si big bos, pak polisi satu ini. Kekuatan dahsyatnya adu mulut ini akan berlanjut kalau tidak ada yang mengalah.

Tama tersenyum masam. "Bukan urusan kamu !" Berlalu dengan Ima dalam gendongan.

Andre menggeleng tanda tidak memahami kelakuan si Tama. Kok calon suami macam itu, rada aneh.

Melihat mobil Tama yang sudah melaju dihadapannya, Andre segera menuju motornya untuk mengikuti mobil Tama. Terlihat Tama membelokkan mobilnya ke arah RS Permatasari. Langganan si big bos. Ketika sudah mengetahui dimana Ima dilarikan, Andre segera menuju Kantor Kepolisian.

◎◎◎●●●»

Sore yang mendung. Bau berbagai macam obat kembali hadir. Ima membuka matanya pelan. Terlihat putih semua yang ada disekitarnya.

"Surga kah ini. Tapi aku kan belum nikah." Ima mengedipkan matanya beberapa kali. Kemudian mendesah lega. "Ualah, kejauhan menghayal anak mu ini mak. Bilang di surga, tidak tahunya rumah sakit."

"Hai, assalamualaikum." Ima mengarahkan pandangan ke arah pintu. Disana berdiri seorang yang tampan dengan berbalut baju dinas kepolisian plus bunga yang terangkai cantik ditemani senyum yang menawan.

Ima membalas senyum itu. "Wa'alaikumsalam, masuk Dre." Pak polisi itu mendekat ke arah ranjang Ima. Dan menarik kursi untuk duduk disebelah Ima.

"Ini, spesial untuk teman terbaik. Gimana kabar kamu?" Andre mengangsur rangkaian bunga mawar pink ke Ima.

Asisten Bukan Sekretaris (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang