Mina membuka pintu apartemen dengan kasar. Dirinya menyimpan sepatu dan langsung naik keatas kamar. Dia tidak mau bertemu dengan Hyo dulu. Jujur, Mina kecewa. Ia tidak marah pada Wonwoo. Itu haknya karena kini Wonwoo dan Mina tidak ada hubungan lagi. Tapi untuk Hyo, Hyo tahu Mina itu menyukai Wonwoo. Seharusnya dia bisa memahami sahabatnya. Tapi yang Hyo lakukan malah menerima Wonwoo. Apa mungkin Hyo sengaja berkata untuk tidak terlalu serius jika ia tidak ingin sakit hati, karena Hyo sendiri akan menikung dirinya. Mina tak habis pikir sahabat lamanya itu tega kepadanya.
"Mina! "
Tak menghiraukan panggilan Hyo, tangannya membanting pintu dengan kencang.
"Mina, aku ingin bicara padamu. Apa kau marah padaku? Mina, buka pintunya"
"Aku kecewa, Hyo. Terserah padamu. Untuk sekarang dan mungkin sampai kapan aku tidak ingin bicara padamu dulu. Kumohon jangan paksa aku"
Hyo mendesah. Kini persahabatannya hancur. Tapi ia lakukan untuk kebaikan Mina sendiri.
Skip... ---
Matahari mulai naik keatas. Mina baru saja bangun. Ia tersadar ia tidak sempat mengganti baju kemarin dan ketiduran dimeja belajar.
Jam dinding menunjukan pukul 06: 45. Masih ada waktu. Kali ini Hyo tidak meneriakinya seperti biasa. Awalnya Mina merasa rindu pada teriakan itu, tetapi mengingat hal kemarin membuat dirinya kembali kesal.
Kini Mina membawa mantel, tas dan sepatunya kebawah. Ia langsung kekamar mandi. Tidak ada Hyo yang biasanya berkacak pinggang dibawah. Mungkin dia sudah berangkat melihat pintu kamarnya terkunci.
Sampai kamar mandi, Mina menatap dirinya dicermin. Matanya sembab. Hidungnya merah. Sangat kacau. Sambil berendam, Mina mengkompres matanya dengan handuk air hangat.
Sudah jam 06: 57 disaat Mina duduk dibis saat ini. Gerbangnya masih dibuka namun bel sudah berbunyi dari tadi.
Gawat. Kelasnya sudah memulai pelajaran. Entah Mina akan dihukum atau tidak. "Selamat pagi. " Mina berbungkuk.
"Kau terlambat. Sesuai peraturan kau hormat bendera sampai jam pelajaran saya selesai" perintah guru yang mengajarnya.
Mina menatap Cheol, Hyo dan Wonwoo sekilas. Ia membungkuk dan kembali keluar kelas.
Matahari semakin naik keatas. Keringat juga sudah bercucuran dipelipisnya. Semakin lama semakin pegal leher Mina karena mendongak. Kakinya mulai kesemutan.
---
Jam istirahat berbunyi. Mina memutuskan pergi kekantin bersama Cheol. Hyo dan Wonwoo juga ikut kekantin dan duduk dimeja yang tak jauh dari Mina. Huh.. Sebenarnya apa niat mereka berdua?
Tak menghiraukan Wonwoo dan Hyo yang sedang makan berdua. Mina tetap diam menyantap makanannya. Banyak murid yang bersiul- siul melihat Wonwoo dan Hyo.
"Woa.. Biasanya ketua OSIS kita diam seharian diruang OSIS. Sekarang dia sudah punya kekasih, jadi memilih makan bersama"
"Suapi.. Suapi... "
Mina menggenggam garpunya kuat. Matanya merah menatap Wonwoo menyuapi Hyo dengan mesra. Harusnya dia yang ada diposisi itu.
"Mina, apa kau mau kekelas saja? "
"Ani, makananmu belum habis. Habiskan saja dulu"
"Kalau kau terluka kita.. "
"Aku tidak apa- apa"
"Ayolah! " Cheol membawa Mina pergi dari sana. Apa menyakiti hati Mina belum cukup sampai Wonwoo selalu saja membuat Mina cemburu. Cheol tahu itu menyakitkan karena ia pernah mengalaminya. Ia tidak mau yeoja yang dicintainya mengalami apa yang ia pernah alami.
-----
Sepulang sekolah Mina kembali ketaman bersama Cheol. Mereka membeli makanan ikan bersama.
"Ah.. Kemarin aku melihat namjachingumu. Mengapa kau tidak datang bersamanya lagi? " tanya pedagang makanan ikan
"Ani, dia sedang sibuk" jawab Mina asal. Mereka membeli bubble tea dan pergi kedanau. Berdiam diri menatap matahari yang semakin turun.
Cheol sendiri sudah mulai memahami keindahan danau ini. Berkat Mina.
Mina dan Cheol menoleh serempak merasakan hadirnya seseorang. Hyo dan Wonwoo.
Ah.. Apa disekolah belum cukup membuat Mina sakit? Satu bulan meninggalkan, kembali dan memutuskan tanpa alasan jelas, melupakan janji mereka, membuat Mina cemburu dan sekarang ini. Lalu apa lagi yang akan Wonwoo lakukan nanti?
"Kau itu belum puas membuat Mina menderita huh? " bentak Cheol tanpa sadar. Wonwoo menggenggam tangan Hyo erat. Wajahnya tetap datar.
"Ini tempat umum. Jadi aku bebas pergi kesini semauku. Kalau kau keberatan kau boleh pergi"
Mata Mina terfokus pada genggaman tangan mereka- Wonwoo dan Hyo.
Mina yakin Wonwoo tahu Mina cemburu. Tak seperti Mina waktu itu, disaat Wonwoo cemburu karena Mina malah menggenggam tangan Cheol. Saat itu Mina langsung membalas menggenggam tangan Wonwoo tetapi sekarang yang Wonwoo lakukan malah membuat Mina semakin tersiksa.
"Cheol. Aku tak apa. Kita pergi saja. Mungkin kita mengganggu ketua OSIS kita yang sedang berpacaran" Mina menggendong tasnya.
Wonwoo tertawa. "Pergilah. Buktikan kau mencintaiku. Menjaulah dariku, kau bilang kau akan menjauh bukan? "
Lagi- lagi Mina merasa hatinya terhantam batu besar lagi akibat kata- kata Wonwoo.
"Sudah cukup! " Bentak Mina. Ia menangis.
"Aku sudah diam. Aku mengikuti kemauanmu. Aku membiarkanmu bahagia dengan Hyo. Tapi kau terus saja menyakitiku. Berkata seperti itu padaku, aku tidak tahu mengapa kau bisa berubah seperti itu... " Mina diam. Menetralkan suaranya yang parau. Ia terus terisak mengatakannya.
"Kau ingin aku menjauh? Baiklah, aku sudah berkata YA padamu. Tapi tak bisakah kau tidak terus menyakiti hatiku? Aku manusia, sudah cukup kau memberikan harapan dan janji palsu padaku. Setidaknya berhenti sampai disitu penderitaan yang kau berikan. Sampai kapan kau akan puas? Kau ingin aku benar- benar pergi dari hidupmu? Bersabarlah, sebentar lagi lulus. Aku akan berusaha tidak akan pernah muncul lagi dihadapanmu! "
Wonwoo terdiam mendengar itu. Sebegitu burukah dia sampai Mina berani bicara sepanjang itu? Apa Wonwoo benar- benar menyakiti Mina terlalu dalam? Mina, sungguh aku minta maaf. Gumam Wonwoo.
-----------
Votenya? Makasih buat yang mau baca cerita aku.. Makasih banget ya..
Next chapt..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise [Wonwoo X Mina]
Fiksi PenggemarMyoui Mina. Wanita yang sama sekali tidak pernah memikirkan tentang hal yang biasa disebut dengan.... CINTA Tanpa disangka, pertemuan tak sengaja antara Mina dan Wonwoo itu membuat keduanya terikat dalam suatu perasaan yang sama. Siapa tahu, Janji y...