"Adik anda tidak kenapa-kenapa, luka nya sudah diobati. Ia kelelahan dan maag nya kambuh. Jadi, saya harap lebih diperhatikan lagi pola makan sama hidup nya." Ujar dokter itu saat selesai menangani Yoshi.
"Oke, makasih dok."
Dokter itu mengangguk. "Saya duluan."
Jihoon menunduk memberi hormat lalu masuk ke dalam ruangan Yoshi itu.
Ia memperhatikan Yoshi dengan tatapan mengintimidasi.
"Maaf ngerepotin." Ujar Yoshi disela ia bangkit dari tidurnya.
Jihoon mendekati Yoshi lalu menoyor kepala nya kesal. "Lo semalam kemana aja?! Siapa yang mukulin lo?! Belum makan dari kapan?!"
Yoshi meringis, Jihoon kalau mukul pasti menggunakan tenaga dalam. Heran.
"Santai gak usah main tangan. Sakit woi!" gerutu Yoshi.
Jihoon berdecak sebal. "Jawab setan!"
"Gue ada urusan semalam. Gue berantem sama siapa lo gak perlu tau. Dan terakhir, gue lupa makan dari siang." jawab Yoshi, ia membelakangi Jihoon tak mau menatap wajah marah kakaknya itu.
Jihoon mendengus, ia tau kalau Yoshi tak akan memberi tau apapun mengenai luka yang ia dapatkan itu dari siapa. Ia hanya bisa pasrah.
"Simulasi mati lo!"
Di belakang sana, Yoshi memutar bola matanya malas. Ia memejamkan matanya menghiraukan Jihoon yang pastinya akan mengomel.
"Udah tau ada maag, masih aja lupain makan! Lo otak aja jenius tapi gak dipake! Kalo parah baru sadar, nyesel! Sekali lagi lo kay-"
"Udah. Gue capek mau istirahat. Lo cepetan ke sekolah sana. Gak usah bolos segala! Dan gak usah jual nama gue."
"Si anj*ing! Udah di tolongin malah ngusir!" Ia menatap punggung Yoshi kesal.
Yoshi menghiraukan Jihoon yang terus menerus mengeluarkan kata-kata mutiara nya di sana. Ia memilih untuk memejamkan mata dan menutup telinga sebisa mungkin.
"Kalo gue tau siapa yang ngehajar lo, abis dia ditangan gue."
Kalimat itu sontak membuat Yoshi melirik kearah Jihoon, menatapnya dengan serius.
"Emang bisa? Apa lo akan tega?" Nada bicara Yoshi terdengar merendahkan. Ia tersenyum menyeringai.
Kening Jihoon berkerut dalam, ia menatap Yoshi bingung. "Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day | Yoshinori ✔️
Teen FictionDON'T COPY MY STORY. Hidup itu hanya tentang ditinggalkan atau meninggalkan. Bertahan atau berjuang. Mempertahankan atau merelakan. Seakan selalu berpikir dunia akan selalu baik-baik saja, nantinya. Bullshit. Note : bacanya liat judul ya, soalny...