"Yosh, lo gapapa?"
"Iya."
"Lo pucet banget. Mending pulang aja."
Yoshi menggeleng, ia melanjutkan cuci piring nya. "Gapapa Bang, gue bisa sendiri kok."
Taeyong mengambil piring tersebut dari tangan Yoshi. Ia mengambil alih pekerjaannya.
"Pulang aja, nanti aku izinin ke Bapak kalau kamu lagi sakit."
Yoshi menghela nafas berat, ia mengangguk. Lagian memang tubuhnya sedang tidak baik-baik saja. Sedari tadi ia berusaha menahan rasa pening yang menjalar di kepalanya.
"Lo bisa pulang sendiri gak? Atau mau gue anterin?" ujar pemuda lainnya.
Sontak Yoshi menggeleng. "Gak usah Bang, gue bisa pulang sendiri kok."
Pemuda itu pun mengangguk, ia kembali melanjutkan kerjaannya di kasir.
"Makasih Bang Jeno."
"Iya, lo hati-hati di jalan."
Yoshi mengangguk, ia pun keluar dari dapur dengan langkah gontai. "Bang, gue duluan ya."
"Iya, hati-hati!"
Sekitar 30 menit menempuh perjalanan, Yoshi akhirnya sampai di depan rumahnya dengan selamat. Ia lama karena berulang kali berhenti dijalan akibat kepalanya yang sangat pusing.
Tangan Yoshi memegang knop pintu, ia awalnya sedikit oleng. Namun, beruntung dengan cepat tangannya meraih knop pintu itu.
Ceklek.
Pintu terbuka menampilkan seseorang yang sedang tegak memperhatikan Yoshi.
Pandangan Yoshi memburam, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang ada dihadapannya sekarang.
"Dari mana aja lo?! Sejak kapan lo kerj-"
Jihoon ternyata, Yoshi tersenyum tipis.
"YOSHI!!"
Yoshi pingsan. Beruntung Jihoon dengan sigap menangkap tubuh sang adik.
Langsung Jihoon membawa tubuh Yoshi masuk ke dalam kamar nya. Tubuh Yoshi tidak terlalu berat jadi tak menyulitkan Jihoon mengangkatnya.
Setelah membaringkan tubuh sang adik, Jihoon menepuk pipi Yoshi pelan.
"Yosh, bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day | Yoshinori ✔️
Teen FictionDON'T COPY MY STORY. Hidup itu hanya tentang ditinggalkan atau meninggalkan. Bertahan atau berjuang. Mempertahankan atau merelakan. Seakan selalu berpikir dunia akan selalu baik-baik saja, nantinya. Bullshit. Note : bacanya liat judul ya, soalny...