DON'T COPY MY STORY.
Hidup itu hanya tentang ditinggalkan atau meninggalkan.
Bertahan atau berjuang.
Mempertahankan atau merelakan.
Seakan selalu berpikir dunia akan selalu baik-baik saja, nantinya.
Bullshit.
Note : bacanya liat judul ya, soalny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"YOSHI!"
Seorang pemuda membulatkan matanya, tubuhnya membeku saat melihat tubuh Yoshi yang sudah dilumuri oleh darah. Ia menepuk-nepuk pipinya berharap apa yang ia liat hanyalah mimpi belaka.
Tapi sayangnya pipinya sakit.
Dengan mengumpulkan keberanian, pemuda itu mencoba mendekat kearah Yoshi. Ia tadi sempat melihat sekeliling, kosong dan sepi. Sepertinya Yoshi sendirian di rumah.
Nafas Yoshi masih ada meskipun lemah.
Yoshi masih hidup.
Segera Jay, sepupunya itu mengangkat tubuh Yoshi keluar. Ia bergidik ngeri saat darah Yoshi mengenai bajunya.
Penampilan Yoshi sangat mengenaskan, rumah Yoshi pasti tadi kemalingan dan Yoshi menjadi korbannya. Itulah yang ada dipikiran seorang Jay.
Saat telah berada di dalam taksi yang ia pesan, Jay melirik Yoshi sekilas lalu merobek sedikit bajunya untuk menutupi perut Yoshi yang terus mengeluarkan darah.
Meskipun ada rasa takut dalam diri Jay akan darah, ia berusaha menahannya.
"Nak, itu temennya kenapa bisa terluka gitu?!" Supir taksi itu terbelalak kaget saat tak sengaja melirik kearah penumpang.
Jay yang masih sibuk menutupi jalan keluarnya darah Yoshi, menggeleng. Ia menghela nafas berat. "Aku gak tau, pak. Maaf Pak, boleh agak cepetan gak bawa mobilnya?"
Supir itu mengangguk, ia fokus ke jalan tidak lagi bertanya-tanya.
"Shit! Jihoon sialan! Di keadaan genting gini dia gak bisa di hubungi." Ia menggerutu kesal saat beberapa kali mencoba menghubungi ponsel Jihoon, tapi tak kunjung diangkat.
"Yoshi, bertahan. Lo pasti kuat!" Ujarnya sambil terus meletakkan tangan ditempat keluarnya darah Yoshi.
Yoshi sudah ditangani sekitar beberapa jam yang lalu, tapi kondisinya masih koma. Belum ada yang tau kapan pemuda itu membuka matanya.
Kini Jay menghela nafas lega, ia melihat Yoshi dari balik jendela. Masih belum boleh masuk ke dalam karena keadaan Yoshi yang belum memungkinkan untuk dikunjungi siapapun.
Sampai sekarang Jihoon ataupun keluarganya masih belum bisa dihubungi, Jay pasrah. Ia tidak bisa menemukan pemuda itu dimana pun.
Prioritasnya Yoshi. Ia harus memastikan pemuda itu baik-baik saja. Mau bagaimanapun, Yoshi tetaplah sepupunya bahkan sudah ia anggap adik sendiri.