DON'T COPY MY STORY.
Hidup itu hanya tentang ditinggalkan atau meninggalkan.
Bertahan atau berjuang.
Mempertahankan atau merelakan.
Seakan selalu berpikir dunia akan selalu baik-baik saja, nantinya.
Bullshit.
Note : bacanya liat judul ya, soalny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang anak kecil berlarian kearah sepasang suami-istri diikuti oleh gadis kecil, di tangan mereka membawa sebuah eskrim yang sedikit meleleh.
Bruk
"Aaaaaaaaa, Otu!!!" Pekik nya.
Mata anak kecil itu berair saat ia tidak sengaja tersandung dan eskrim yang ia pegang tadi terjatuh dari tangannya dan mendarat naas di atas tanah.
Padahal belum sama sekali ia sentuh.
Tangisnya pun terdengar, ia menatap nanar kearah eskrim tersebut tanpa memperdulikan kakinya yang berdarah.
Seorang pria pun mendekat kearah anak itu, ia mensejajarkan tubuhnya. "Ochi gapapa? Jangan nangis ya, nanti Otousan beli lagi."
Yoshi, anak kecil itu menggeleng. Ia tetap menangis. "Beyum di ma'em, huaaa."
Otousan, Yusuke mengelus kepala Yoshi, ia pun menggendong Yoshi. "Hapus dulu air matanya, kita beli yang baru ya." bujuknya.
Yoshi menurut, ia mengusap air matanya lalu menatap sang Ayah. "U-udah."
Tangan Yusuke mengelus puncak kepala Yoshi gemas. "Anak pinter!!"
"Otousan, Yasha juga mau!!" teriak Yasha sambil menarik baju Yusuke.
"Ga-gak boyeh! Ka-kak Acha u-udah pu-punya!" sahut Yoshi yang masih sesegukan.
"Ish! Ochi jahat!" Yasha mendelik, ia pun berlarian dengan menghentakkan kakinya menuju Mama yang duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Wlek!" ledek Yoshi.
"Ochi, gak boleh gitu, nak." hardik Yusuke, ia menyentuh hidung Yoshi sejenak guna menegurnya.
Yoshi menunduk, mengakui kesalahannya. "Maaf, Otu..."
"Gapapa, jangan diulangi lagi sayang." Ia mencubit pipi Yoshi lembut. "Yaudah, kita ke warung dulu ya. Obati luka kamu dulu baru nanti beli eskrim."
Yoshi kecil mengangguk.
__________
"Yoshi kangen kalian semua..."
Pemuda bernama Yoshi itu duduk sambil bersandar di kursi yang ada di balkon, ia mengamati langit malam yang di hiasi oleh bintang, sangat indah tidak seperti hidupnya.
