21

177 22 3
                                    

"Yoshi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yoshi?"

Mama beralih menatap anak laki-lakinya itu, ia berjalan mendekat.

Sentuhan di kepala membuat Yoshi menengadah. Ia memperhatikan netra sang ibu. Di sana ia dapat melihat kembali kenangan yang dulunya pernah terjadi.

Tatapan hangat yang selalu membuat nya merasa aman.

"Maafin Mama sayang, Mama gak berniat untuk nambahin luka kamu dengan datang ke sekolah..." Ia membawa Yoshi ke dalam dekapan nya.

"Cuma itu yang bisa Mama lakukan demi bisa melihat kamu tumbuh dengan baik." Ia mengelus punggung anaknya yang bergetar.

"Mama memang egois, kamu berhak membenci Mama."

Tanpa disadari, Yoshi menggeleng pelan. Lidahnya terlalu keluh untuk mengucapkan sesuatu kata yang sangat ingin ia katakan pada Mama.

"Kamu hidup dengan baik, Mama bangga sama kamu. Pastinya Otousan juga bangga melihat kamu."

Pelukan itu dilepas oleh Mama, ia menatap wajah Yoshi yang menunduk dengan bahu bergetar hebat.

"Anak Mama udah besar, Ochi baik-baik aja kan? Gak ada yang jahatin, Ochi?"

Tak lama, tangis Yoshi terdengar memilukan. Dada nya terasa menyesakkan saat mendengar nama kecilnya dulu dipakai kembali.

Nama itu diberikan oleh kedua orang tuanya karena dulu Yoshi kecil kesusahan mengucapkan namanya sendiri, alhasil nama Ochi disematkan padanya.

Dulu nama itu sangat ia sukai tapi, seiring berjalan waktu, ia tidak lagi memakainya karena mengingatnya akan kembali membuka luka lamanya. Ia juga tidak membiarkan siapapun memanggilnya dengan nama tersebut.

Namun, entah kenapa saat mendengarkan Mama mengucapkan nama itu, ada rasa hangat yang bercampur sedih.

"Kamu kenapa sayang? Maaf Mama udah membuat kamu tambah sedih..." Ia kembali mendekap tubuh ringkih sang anak.

"Dadanya jangan dipukul ya, Nak. Nanti tambah sakit." Ujarnya sambil mengelus pelan punggung Yoshi, menenangkan Yoshi agar tidak menyakiti diri sendiri.

Yoshi terus meraung, ia menangis sejadi-jadinya sampai kepalanya mulai merasakan pusing.

Kepingan memori kembali terputar di pikiran nya, dimana suatu kejadian yang menyebabkan hidupnya hancur dan ia kehilangan sosok yang sangat ia sayangi.

"Akhh... Sa-kit..."

Panik bukan main, Mama memeluk anaknya erat, ia berusaha menghentikan tangan Yoshi yang terus menjambak rambutnya.

"Jangan ditarik sayang, hiks... Mama mohon, jangan ya, Nak." bisiknya, ia menangis melihat kekacauan Yoshi.

Begitupun sang Kakak yang juga ikut menenangkan adiknya. "Dek, stop ya, kasian kamu nya. Nanti tambah sakit."

One Day | Yoshinori ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang