'Kan kuceritakan tentang senja yang enggan menghadiri sore, karena ia sadar kedatangannya hanya sementara.'
-----Dean memberhentikan mobil BMW nya di tempat wisata sejuta umat, apalagi kalau bukan Dufan. Dean memilih membawa Nadien ke tempat ini, karena ia yakin bahwa Nadien juga butuh sebuah refreshing di tempat wisata seperti ini, Dean langsung memperhatikan mimik wajah Nadien, dan benar saja, tatapan Nadien berubah seketika,
"Demi apa dufan? Ah gue udah lama banget ga kesini, selalu ngga ada waktu, dan sekarang? Aaaarghhh" ucap Nadien dengan mata berbinar, sekarang kedua tangan nya sudah berada di pinggang, ia menyedot udara sejuk Dufan dalam-dalam,
"Lebay lo karung, buruan jalan" ucap Dean sambil mendepak jidat Nadien,
"Heeh! Ini namanya mengkhayati keadaan bego" ucap Nadien membela diri sambil mengusap-usah jidatnya,
"Ehh..jidat lo sakit banget gue pukul? Sorry" ucap Dean dan langsung melihat secara dekat jidat Nadien, dengan segala keusilan nya dan perasaan kesal nya, Nadien memilih untuk membohongi Dean kali ini,
"Aduhh.. sakit banget gila, ini kok tiba-tiba jidat gue serasa ngilu banget ya, aduh..awww!" ucap Nadien menahan tawa,
"Eh lo beneran?" ucap Dean makin panik,
"Boongin..hahahahaha" ucap Nadien yang di akhiri oleh tawanya dengan sangat keras, Dean hanya memperhatikan Nadien, dan langsung meninggalkannya,
"Eehh..jangan marah lah! Masa kaya gitu doang lo marah si, gaseru ah" ucap Nadien berlari menjajarkan langkah nya dengan langkah besar Dean,
"Becanda lo galucu"
"Ya kan gue becanda"
"Berisik"
"Lo kenapa si? Baperan banget!"
"Gue takut lo kenapa-napa Din"
Deg. Hati Nadien seketika berhenti bekerja, rasanya seperti—geli? Ia tidak menyangka Dean akan mengatakan itu, Dean terlalu jujur kali ini, di lain hati, Dean sangat merutuki ucapan nya, mengapa ia mengatakan itu,
"Udah buruan jalan, kebanyakan ngomong keburu malem" ucap Dean tetap berjalan,
"Ih orang masi jam 11 aneh, malem nya masi lama, masi takut sama siang, masi takut sama lo!" ucap Nadien dan langsung berjalan mendahului Dean,
"Eh De, main roller coaster yuk! Gue lagi pengen, ayuk buru—De? De?" ucap Nadien dipotong oleh dirinya sendiri, Nadien baru sadar bahwa Dean sudah tidak ada dibelakang nya,
"Dean!! Lo kemana ih? De..Jangan bercanda ah, gg..gue takut" ucap Nadien sambil menahan rasa takutnya, ia dari kecil sudah mempunyai trauma tersendiri jika berhubungan dengan 'hilang' ia sangat takut, bahkan sekarang ia sudah hampir meneteskan air matanya,
"Kenapa si? Baru ditinggal gini aj—" ucap Dean terpotong karena sekarang Nadien sudah memeluknya, Nadien takut sendiri, yang ia lakukan sekarang hanya ingin memeluk siapapun, kaki nya gemetar, telapak tangan nya dingin bagai es, ia sungguh—takut.
"Lo beneran takut Din?"
"Gue takut De, plis jangan main-main sama gue kalo lo mau ninggalin gue, gue..gue takut baget De" ucap Nadien terbata-bata, Nadien segera melepaskan pelukannya, ia merasa malu kali ini, pipinya memerah, ia mencoba memalingkan wajahnya kemanapun yang ia bisa,
"Maafin gue Din, gue gatau lo bakal setakut ini, gue—"
"Lagian lo kemana si? Kabur-kaburan ae kea anak ayam, uda tau gue taku—ah udah ah, ayuk jalan" ucap Nadien segera membenarkan bentuk rambutnya dan pakaian nya, ia langsung mengusap-usap wajahnya, dan segera berjalan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Loving
Teen Fiction'Jika saja menyadari cinta tidak sesulit menghapus warna jingga di senja itu, mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam pada kisah ini.' Arsenio Deano Ali, bisa kalian panggil Dean. Mungkin kalian akan belajar tentang kesetiaan dari masa lal...