Again (20)

115 15 0
                                    

'Sinar matahari masih sembunyi, hujan pun enggan berhenti,
membuat rindu semakin
menjadi-jadi, lalu kan teringat ia yang takan kembali.'
-----

     Seperti pagi biasanya, matahari merujuk malu membangunkan Nadien dari alam bawah sadar nya, Nadien segera bangun dari tidurnya, setelah melunturkan seluruh pegal yang ada di badan nya, Nadien segera menguncir rambut nya yang secara pelan-pelan sudah memanjang melewati bahunya, ia tersenyum pada kaca didepannya,

"Morning!" ucap Nadien sambil tersenyum menunjukkan giginya pada kaca didepannya, ia segera memasuki kamar mandi dengan sangat semangat. Setelah selesai dengan urusannya, ia segera ke meja makan dan langsung menyapa seluruh penjuru rumah, ralat, hanya bi Arum yang ia sapa,

"Pagi bi Arum!" ucap Nadien sambil sedikit melirik ayahnya yang juga duduk di meja makan,

"Kamu ngga nyapa papah Din?" ucap ayah Nadien sambil menaikkan alis,

"Bibi masak apa hari ini?" ucap Nadien membiarkan ayahnya berbicara sendiri,

"Wahhh, banyak banget bi he..he.. makasih bi udah mau masakin makanan enak buat aku tiap pagi" ucap Nadien sambil menekan kan kata 'tiap pagi', bi Arum hanya tersenyum kikuk tidak enak,

"Kamu kenapa ngga membalas pesan papah?"

"Emang papa ngirim aku chat ya?"

"Kamu belum baca?"

"Belum..kali" ucap Nadien putus-putus,

"Kamu harus mulai ngambil keputusan, kamu mungkin akan ikut papah ke Aussie, kamu harus b—"

"Pah bisa jangan bahas ini sekarang ngga? Nadien jadi ga mood makan sekarang" ucap Nadien sambil memijat pelipisnya, dan ia langsung segera menghabiskan susunya,

"Nadien berangkat" ucap Nadien dengan setengah tak niat,

"Dasi nya pake" ucap ayah Nadien mengingatkan,

"Ya."
----------
"Jangan cintai aku apa adanya, ja...ngan, tuntutlah sesuatu biar kita jalan kedepan—" nyanyian Fanya dan Rena yang pertama kali Nadien dengar saat baru sampai dikelasnya,

"Ebuset, bakal konser dimana lo pada?"

"Fanya lagi galau Din, dia lagi berantem hebat sama Raza"

"Hebat lo kata avanger-avanger gitu"

"Jangan cintai aku ap—" nyanyian Fanya tiba-tiba saja terhenti karena tangisanya, perlahan tangisan nya semakin menjadi,

"Gila lo kenapa Fan? Lo serius nge galau?

"G..gue berantem terus sama Raza deket-deket ini, apa itu per..tanda kita ba..bakal put..us ya?" ucap Fanya sambil sesungukan,

"Ngga bakal Fan, gue yakin Raza itu cowo yang baik, dia gabakal biarin lo sakit hati terus, gue bisa jamin hari ini juga dia bakal minta maaf sama lo, percaya sama gue" ucap Nadien sambil mengelus punggung Fanya dengan perlahan, sampai matanya menangkap basah Rena yang sedari tadi mengintip ke luar jendela ,

"Lo lagi liatin apa Ren?"

"Ayam..ayam.." latah Rena, Nadien terbahak-bahak disitu, bahkan Fanya yang sedikit mendengarnya ikut dibawa tertawa olehnya,

"Lagi nungguin Leon paling, ituloh anak baru dari Auss—" ucap Fanya terpotong karena sekarang mulutnya sudah dibekap oleh Rena,

"Oh jadi sekarang mainnya rahasia-rahasiaan, oke" ucap Nadien sambil melipat tangan nya kedepan,

"Ee..ehh iya, ituloh Leon anak baru, lo taukan? Gue kayanya suka deh sama dia, dia juga keliatan nya suka juga sama gue he..he.. Rena jatuh cinta pada pandangan pertama" ucap Rena sambil menopang dagu di atas meja kesayangannya, matanya sibuk menatap kedepan, senyumnya tak luntur sama sekali diwajahnya. Disisi lain, Nadien sangat kaget mendengar penjelasan itu, ia tidak tahu bahwa Leon yang ia kenal adalah cinta pertama nya Rena,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang