'Teruntuk hujan,
Jika suatu saat nanti aku tak sanggup lagi, dan rindu ini belum dapat kuhentikan, ku harap kelak engkaulah yang akan mengkekal kan secangkir rindu yang pekat ini.'
-----5 jam yang lalu, pukul 07:15
Hening. Hanya itu yang bisa menggambarkan keadaan kamar Nadien sekarang, tanda bahwa ia masih bermain dengan mimpinya, mimpi yang sangat indah, ada seorang pangeran memegang pipinya, tangan yang terasa sangat—kasar?"Nonnnn, bangun nonn, sudah siang, bibi udah bangunin daritadi." panggil bi Arum,
"Aduuuh bii, Nadien masih ngantuk ihhh, bibi bangunin 5 menit lagi ya, yaa..yaa..yaa" ucap Nadien dengan mata setengah terbuka,
"tadi pagi mama non Nadien nelfon kerumah, mama non akan pul—"
"Nadien mau mandi" potong Nadien datar, cepat sebelum bi Arum menyelesaikan kata-kata nya. Entah kenapa Nadien sedikit muak jika bi Arum membahas tentang mama nya.
Kehidupan Nadien memang berbeda dengan kehidupan siswa siswi biasanya, contoh remaja brokenhome yang dititipkan pada seorang asisten rumah tangga, hanya bermodalkan senyum, Nadien sudah bisa menutupi tumpukan sampah masalah yang bersarang di hidupnya, lucu memang, terlihat ceria, bahagia, contoh siswi famous yang siapapun pasti mengenal nya, tapi itulah dia, Charelia Nadien Ammar, siswi umur 17tahun yang selalu dikelilingi oleh kesedihan, kepedihan, dan keraguan, tanpa orang dapat melihatnya. Orang tua yang selalu mengejar harta, pulang hanya untuk istirahat lalu lanjut bekerja kembali, menganggap Nadien hanya tumpukan masalah yang harus diselesaikan, berharap Nadien bisa tumbuh dengan kasih sayang seorang asisten rumah tangga, disinilah Nadien, dengan ribuan senyumnya, dan jutaan kerapuhan nya, namun memang terkadang sebuah senyuman hanya bisa menutupi tanpa memperbaiki sebuah masalah.
"Drapp..drapp..draapp" tanda suara langkah seorang dari atas tangga, ya, itu Nadien, sudah lengkap dengan seragam nya, ia segera turun dari lantai atas dengan senyum nya untuk segera sarapan dan Nadien yakin bahwa mama nya sudah menunggu dibawah, karena memang hari ini jadwal mama nya kembali, tapi sedetik kemudian hatinya retak, atmosfer disekitar seperti sudah tak berfungsi, sesak, bukan sesak lagi, bahkan sangat kecewa, butiran air mata terjun dari mata Nadien, pemandangan inilah yang ditakutkan Nadien, saat ia sangat ingin melihat orang tua nya pulang dengan senyumnya, yang ia lihat justru berbanding terbalik, pemandangan mama nya sedang berpelukan dengan pria lain selain papah nya, berpelukan dihadapan Nadien,
"Ekhem.." ucap Nadien sinis pada mereka berdua, terserah mereka mendengar atau tidak, peduli setan dengan urusan orang tuanya, Nadien segera keluar dari rumah itu. Teriakan demi teriakan Nadien dengar dari gendang telinga nya, suara mam—wanita itu, bahkan Nadien sudah tidak ingin mendengarnya, entah tuhan memang memihak kepada Nadien atau bagaimana, diwaktu yang pas taksi lewat didepan Nadien, dengan cepat ia segera melambaikan tangan untuk memberhentikan taksi, dan dalam hitungan detik ia sudah disini, menangis sesak didalam taksi, peduli setan dengan supir taksi yang selalu bertanya kepada dirinya, ia benar benar tidak peduli.
Tidak terasa Nadien sudah sampai disini, di SMA WIRA BAKTI I, sudah seperti rutinitas, Nadien harus memamerkan senyum manis nya pada semua murid yang menyapa nya, tidak peduli dengan matanya yang sembab, mungkin semua orang tidak akan melihat nya, dengan santai ia melewati teman nya, aah tidak bisa dipungkiri lagi, siapa yang tidak mengenal Charelia Nadien Ammar?! Mungkin murid paling nerd seantero sekolah pun mengenal nya, siswi perawakan tinggi, putih, dengan senyum manis nya itu, selalu bisa membuat siapapun disekitarnya tersenyum, tapi disetiap cerita ada saja yang mengganggu, contoh nya ini, saat sedang ingin buru buru ke kelas untuk mengistirahatkan dirinya, Bu Sena guru BK dengan santai nya memanggil Nadien,

KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Loving
Novela Juvenil'Jika saja menyadari cinta tidak sesulit menghapus warna jingga di senja itu, mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam pada kisah ini.' Arsenio Deano Ali, bisa kalian panggil Dean. Mungkin kalian akan belajar tentang kesetiaan dari masa lal...