Membuka Diri? (33)

95 11 0
                                    

'Kali ini kan kucoba untuk melupakanmu, tapi jika ku gagal, jangan tanya kenapa—
karena ku sedang tak mau
menjelaskannya.'
-----

"Ahh!! Siapa si yang naro lengket-lengket di kasur gue?!" teriak Nadien sambil tertidur, karena benar saja tangannya serasa terkena sesuatu yang menjijikan,

"Lengket-lengket, makan tuh nasi, keburu dingin, lo tidur segala gabisa diem, dasar ngerepotin" ucap Ryan dari pintu dan langsung keluar ruangan, Nadien yang bingung segera membuka matanya dan benar saja, ini bukan kamar nya di Indonesia, ini benar-benar New York, dan ia benar-benar mengalami semua ini, dengan mata sedikit terbuka ia melihat ke sisi kiri nya, dan disana sudah tergeletak satu nampan berisi makanan dan susu,

"Kenapa ngga suruh gue makan dibawah aja si? Kenapa harus disi—" ucap nya terpotong dan seketika Nadien ingat sesuatu,
----------
"Heh, bangun, cepet makan dibawah udah ditunggu yang lain" ucap Ryan pada sosok perempuan yang sedang tertidur didepannya ini, wajah nya sangat lucu jika sedang tertidur seperti ini, Ryan tanpa sadar tersenyum sendiri,

"Bi ambilin makanan bawa kesini aja"

"Bibi?!! Emang gue bibi lo?!"

"Bi ambilin Nadien makanan..." ucap Nadien sambil merengek,

"Bangun woi! Bangun!" teriak Ryan sekali lagi,

"Bibi Nadien capek.." ucap Nadien tanpa sadar sambil menangis dalam tidurnya, ia benar-benar merasa sesak, fikiran tentang masa lalunya mengisi seluruh otaknya, Ryan yang melihat itu hanya dapat diam, tapi yang ia tahu, beban yang perempuan itu tinggalkan di Indonesia tidaklah sebiasa itu, Ryan langsung meninggalkan ruangan itu, ia masa bodoh, ia tak mau menjadi babu seorang yang bahkan baru bermalam semalam disini, ia tak mau.

5 menit kemudian...
"Nih makan! Buruan" ucapnya pada perempuan didepannya, ia langsung menaruh makanan itu dimeja samping kasur Nadien, ia bingung, mengapa ia melakukan ini? tiba-tiba saja tangan Nadien mengenai piring yang berisi makanan itu,

"Ahh!! Siapa si yang naro lengket-lengket di kasur gue?!" teriak Nadien masih dalam keadaan terlelap,

"Lengket-lengket, makan tuh nasi, keburu dingin, lo tidur segala gabisa diem, dasar ngerepotin" ucap Ryan dan langsung meninggalkan Nadien.
----------
"Sumpah demi apa?!" tanya Nadien sambil mencoba memegang pipinya, ia ingin mengecek apa ia benar-benar menangis didepan Ryan tadi, dan benar saja, pipinya basah,

"Ahhhh.. mama Nadien malu!!!" ucap Nadien sambil menutup wajahnya,

"Gausah malu, lo cantik" ucap seseorang dari depannya, tapi ia sangat mengenal suara itu, itu adalah suara seseorang yang membuat ia menangis 4 hari ini, ya itu suara Dean, jantung nya berdebar kencang, dada nya sesak seketika, dan sedetik kemudian ia langsung membuka matanya, ia membuka tangan yang menutupi wajahnya, tapi nihil, kosong, tak ada siapa-siapa,

"Cih.. bodoh" ucap Nadien sambil tertawa kecil, ya Nadien tertawa dengan isaknya, ia bingung, ia ingin bisa berbicara tanpa mengeluarkan isak, ia ingin tertawa tanpa mengeluarkan air mata, tapi terlalu sulit untuknya, terlalu sukit untuk dirinya sekarang,

"Woi!" teriak Ryan dari pintu kamar, tapi Nadien membuang muka,

"Apa?" ucap Nadien sambil menghadap ke jendela,

"Kalo lagi ngomong sama orang ya liat ke muka nya" ucap Ryan menyindir,

"Apaan?" ucap Nadien sambil menatap Ryan,

"Nangis lagi, buruan mandi, ikut gue keliling New York, belum pernah kan?"

"Udah"

"Yakin?"

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang