'Aku lelah.
Hati ini resah malam ini, belum lagi dengan hujan yang enggan
berhenti memberikan rindunya padaku.'
-----Sore ini, Dean terpaksa harus cek up ke dokter langganan nya, lagi. Sebenarnya Dean sudah tidak tahan dengan perintah ibu nya, tapi iya tetap melakukan nya, ia benar-benar ingin memberhentikan semua ini, hidupnya terlalu rumit, Dean tidak suka fakta itu, mengapa harus dia, dan dia, sampai tiba tiba dering handphone nya menunjukkan ada chat dari Raza, Raza bilang ia akan menembak Fanya dengan sangat romantis, katanya.
Raza: "Woi De! Lo dimana anjir? belom siap siap apa? lo lupa nanti bakal jadi Promnight kebanggaan gue?"
Dean: "Lah iya yak, yaudah si gampang, pengen ke Mcd bentar, ini perut butuh nutrisi, lo ganggu gue tauga"
Raza: "ah babi bunting, perut lo uda kaya babon, masih aja makan mulu! Pokoknya on time! gue gamau acara gue sama Fanya, gada lo!"
Dean: "berisik bol kuda".
Mungkin memang Dean yang tak memperhatikan jalan, atau perempuan itu yang berdiri di tengah jalan, tapi terlambat mereka sudah tabrakan sekarang,
Bugggghhhhh!"Awwwwww!" jerit cewek itu, yang Dean merasa kenal suaranya, tapi siapa?
"Aaah sorry..sorry..gue gangeliat" ucap Dean minta maaf, dan sejurus kemudian, mereka sama-sama menganggat kepala dan,
"Elo?!!" ucap Nadien dan Dean secara bersamaan,
Awalnya tujuan Dean hanya ingin makan karena lapar, tapi siapa sangka, ia akan bertemu sang hati nya disini, dan untuk Nadien, ia sangat tidak ingin bertemu Dean untuk kali ini, karena ia yakin mood dia akan rusak, atau malah—membaik?
"Lo jadi penguntit gueyaa?!! Ngakuu!!!" ucap Nadien hati-hati, karena mungkin Dean bisa membunuh ia kapan saja, seperti film yang sering ia tonton,
"Ehhh..nggak nggak, gue abis dari..itu..dari beli bunga buat adek gue" ucap Dean santai sekaligus gugup,
"Lah trus? Mana bunga nya?" Tanya Nadien masih hati-hati,
Skakmat! Dean sudah tidak tau harus berkata apa, yang sekarang ia lakukan tidak jauh dari garuk kepala,
"Ahh pokoknya gue beli bunga buat adek gue, udah deh gue pengen lanjut lagi, panas lama-lama disini" ucap dean, dan langsung meninggalkan Nadien, ia yakin Nadien akan memanggilnya, pasti, 1...2...3...
"Dean!"
Jeduaaarr!! Hati Dean terasa ada yang menggelitik, ia senang perasaan ini, perasaan hidup kembali, perasaan yang sudah lama ia tak rasakan, perasaan yang hidup kembali setelah setahun berusaha melupakan perasaan itu, dan Dean yakin akan satu hal, 'ia benar-benar sudah jatuh—terlalu dalam'
"Woii! Lo denger guekan, malah diem aja" ucap Nadien kesal,
"Ada apa hey kamu? sang wanita pencuri hati?" ucap Dean serius, yang Nadien tidak bisa melihat ada candaan di mata itu,
"Aa..apaan si lo, becanda nya makin gabe—"
"gue serius" potong Dean lebih serius,
"Serius pengen bikin lo blushing! AHAHAHA ternyata gampang ya buat lo blushing! Tinggal rayu dikit and BAM!!" ucap Dean dengan sisa tawa nya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Loving
Novela Juvenil'Jika saja menyadari cinta tidak sesulit menghapus warna jingga di senja itu, mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam pada kisah ini.' Arsenio Deano Ali, bisa kalian panggil Dean. Mungkin kalian akan belajar tentang kesetiaan dari masa lal...