'Angin telah membawa rinduku padamu, sampai tanpa sadar kau telah menjadi pengumpul
rinduku.'
-----Matahari pagi masuk menusuk kedalam tubuh Nadien, ia benar-benar semangat hari ini, tidak tau kenapa. Tidak seperti biasanya, hari ini Nadien sudah siap lengkap dengan sepatu nya dan langsung menuruni tangga.
"Pagi bi Arum! dan selamat pagi Pap—" arghhh bahkan Nadien lupa kalau ia sedang perang dingin dengan papahnya, tapi karena suasana hati Nadien sedang senang, maka tidak apa-apa, Nadien tinggal pura-pura tidak tahu apa apa, selesai. Papa Nadien hanya geleng-gelang tersenyum sambil meneguk kopi nya, sampai akhirnya makanan mereka berdua habis.
"Mau bareng sama papah Din?" ucap papah Nadien lembut,
"Ngga usah, Nadien sama pak Man aja, yaudah, berangkat dulu pah, bi Arum" ucap Nadien ingin cepat-cepat meninggalkan ruangan ini, tapi saat sudah sampai didepan pintu rumahnya, papah nya kembali berbicara,
"Pak Man hari ini tidak bekerja, dia sedang mengunjungi istrinya yang lagi sakit, terus kamu mau berangkat sama siapa?" ucap papah Nadien penuh kemenangan,
"Sama saya saja om" ucap suara laki-laki dibelakang Nadien, yang Nadien yakin itu suara Reno, siapa yang tidak terkejut? Bahkan Nadien yakin papahnya juga terkejut dengan keberadaan Reno dengan sangat tiba-tiba,
"Maaf om lancang, tapi anak om berangkat sama saya saja, kebetulan sekolah kita deketan, oh pertama-tama perkenalkan saya om, Reno Elan—"
"Reno???? Iya!! Kamu Reno teman masa kecil Nadien kan? Kamu datang saat di bandara waktu itu, ya saya ingat kamu, astaga nak Reno!" ucap papah Nadien dan langsung memeluk Reno,
"Sudah besar ya kamu, saya kira Nadien kesini lagi kamu sudah lupa, ternyata belum" ucap papa Nadien sangat ramah,
"Ah iya om, saya ngga mungkin lupa sama anak om, saya kira om udah lupa" ucap Reno tak kalah ramah, ia benar-benar kaget saat ternyata ayah Nadien masih ingat dengan nya,
"Plis pah, Ren, kalo gini kapan Nadien berangkat nya?" ucap Nadien kesal sendiri dari tadi, ini kurang lebih sangat mirip saat pertama kali Nadien reunian SD bersama teman-teman nya, sangat mirip seperti ini.
"Ah iya papah sampai lupa, yaudah kamu berangkat sama Reno aja"
"Reno tolong antar anak saya, saya benar-benar memberi kepercayaan sama kamu" ucap papah Nadien sambil menepuk pundak Reno, yang Reno yakin hal ini menyangkut sesuatu, Reno melihat ada siratan hal lain didalam mata papah Nadien,
"Udah yuk Ren, pah Nadien berangkat ya" ucap Nadien lansung salim kepada papahnya, dilanjutkan oleh Reno.
Sudah sekitar 15 menit mereka berada didalam mobil, tidak tau kenapa, perjalanan ini terasa sangat lama bagi Nadien dan terlalu cepat bagi Reno,
"Kok tumben jemput gue, buat apa? Gue bisa dianter papah tadi" ucap Nadien bingung,
"Pengen aja, lagian kita juga searah kan?" ucap Reno menaikkan bahu,
"Iya juga sih" ucap Nadien sambil mangguk-mangguk, ia tidak sadar bahwa Reno sedang menertawakan nya dalam diam, ternyata Nadien masih sepolos dulu, dan Reno suka kenyataan itu. Mobil BMW putih itu memasuki pekarangan sekolah Nadien, dan keluarlah Nadien dan Reno dari dalan mobil itu, semua mata para gadis langsung menengok tajam, oh tuhan! Siapa yang akan kuat melihat sang Reno berdiri disini? Reno benar-benar tampan, sampai-sampai namanya saja sudah terkenal sampai ke sekolah Nadien, tapi anehnya, apa Nadien tidak merasakan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Loving
Novela Juvenil'Jika saja menyadari cinta tidak sesulit menghapus warna jingga di senja itu, mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam pada kisah ini.' Arsenio Deano Ali, bisa kalian panggil Dean. Mungkin kalian akan belajar tentang kesetiaan dari masa lal...