Desiran Angin Pantai (35)

64 10 4
                                    

'Bahkan, senja saja masih merasa malu-malu untuk menemuiku. Namun dengan gagah nya kamu meninggalkanku.'
-----

"Izinin gue gantiin cowo itu Ca.. cowo yang berhasil ngebuat lo nangis kaya gini.."

Tubuh Nadien terpaku seketika, suara itu dengan mudah nya menerobos masuk kedalam gendang telinga nya,

"Gabisa.." ucap Nadien sambil menjauh selangkah dari Ryan,

"Apanya yang gabisa Ca? Gue udah nunggu lo bertahun-tahun—"

"Waktu yang lama buat lo menunggu seseorang itu ga menjamin lo memiliki orang itu Yan" ucap Nadien sambil menunduk,

"Gue minta maaf" ucap Nadien lagi dan langsung meninggalkan Ryan sendirian, Ryan yang mendengar itu hanya diam, jantungnya terlalu bingung, apa yang seharusnya ia rasakan sekarang? Senang bertemu cinta lama? Atau tidak?

Nadien langsung berlari ke arah kolam belakang, ia hanya terduduk disana, hatinya sakit lagi mengingat hal-hal yang telah ia coba lupakan, dan bodohnya hal itu datang lagi, hatinya benar-benar sakit, sesak yang ia rasakan membawa isak itu kembali datang, menemani dirinya dibawah langit senja, oh ayolah! Bagaimana cara menghilangkan rasa ini, rasa yang tak mau dilepaskan walau sudah di congkel berkali-kali?

"Nadien sayang" panggil mama Nadien perlahan, tangannya bahkan sudah mencapai puncak kepala Nadien,

"Nadien kenapa? Masih ngga bisa ngelupain Indonesia?"

"Maaa..." panggil Nadien perlahan sambil memeluk mama nya, bebannya terasa terangkat perlahan setiap pelukan ini semakin erat,

"Nadien mau jujur.."

"Coba bilang pelan-pelan, ada apa?" ucap mama Nadien mencoba melepas pelukannya,

"Mami tau kenapa aku minta ke sini?"

"Yang mama tau, kamu sakit hati kan gara-gara cowo itu? Bener ngga?"

"Iya, dia ninggalin Nadien— padahal dia udah janji gabakal ninggalin Nadien.." ucap Nadien sambil menatap kosong kakinya,

"Lalu? Kamu nangis kaya gini hanya demi laki-laki kaya dia?"

"Ngga semudah itu ma.."

"Dia udah ninggalin anak ma—"

"Dia sakit ma, dia sakit paru-paru basah—akut. Nadien duluan yang ninggalin dia, Nadien udah janji gabakal ninggalin dia tapi Nadien malah pergi camping sama temen-temen.."

"Din—"

"Dan akhirnya Nadien pulang, tapi dia udah ninggalin Nadien, impas sebenarnya, tapi Nadien egois, Nadien gasuka dia ninggalin Nadien"

"Sayang—"

"Nadien cuma ninggalin dia sehari, tapi dengan sombongnya dia ninggalin Nadien selamanya, kesalahan Nadien besar banget ya ma?" ucap Nadien sambil menangis, isak menemani suaranya, sesak memenuhi dirinya, mama Nadien langsung memeluknya erat, dan lagi-lagi Nadien menangisi hal yang sama.
----------
Pagi yang cerah menyambut mata sembab Nadien, mungkin orang terdekatnya sudah tak asing dengan bulan sabit dibawah matanya itu, Nadien mengambil kunciran peach di samping ranjangnya, lalu menapakkan perlahan kakinya di lantai yang dingin itu, mata nya terasa gatal, hidung nya berair,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang