Kesalahan Tak Terucap (21)

106 11 0
                                    

'Katanya rindu betah di hati aku,
soalnya ngga ada kamu.'
-----

     Sesosok perempuan sedang terduduk lemas didepan ruangan perawatan di lorong salah satu rumah sakit ternama di Jakarta, ya itu Nadien, bahkan saat Allysa sudah pergi dari dalam ruangan Dean pun kakinya tetap akan terasa kaku seketika, seluruh syaraf nya terasa melumpuhkan sendiri syaraf-syarafnya secara perlahan, ia memejamkan matanya, merasakan angin senja bermain-main manja disekitarnya, dadanya masih terasa sesak, bagaimana tidak? Melihat sang kekasih di suapi perempuan lain secara langsung dihadapannya. Nadien perlahan membuka matanya, ia mencoba meluruskan kakinya yang sedaritadi ia lipat untuk dijadikan alat pelukan nya, ia mencoba berdiri perlahan, ia menarik nafas dan menghembuskannya secara teratur, dan persiapan terakhir adalah ia mengusap-usap wajahnya dan merapikan anak rambutnya untuk yang kedua kalinya. Perlahan tapi pasti Nadien memasuki ruangan Dean, hebatnya kedatangan Nadien langsung disadari oleh Dean,

"Nadien? Astaga kok lo bisa disini? Kenapa ngga ngabarin gue dulu? Tau gitukan gue bisa jemput lo dibawah—"

"Jemput gue dibawah? Dengan keadaan lo kaya gini?"

"Yailah, kaya gini doang mah udah biasa—" ucapan Dean terpotong karena apa yang Nadien lakukan kali ini membuat pikiran berhenti seketika, Nadien mengecup lembut bibir Dean dan langsung menariknya kembali, matanya terasa panas, matanya mengeluarkan cairannya dengan tenang. ia langsung memalingkan wajahnya dari Dean, mencari celah agar bisa kabur dari situasi seperti ini, tapi nihil tidak ada jalan keluar,

"Gausah ngomong apa yang gabisa lo lakuin De, gue gasuka lo sakit, seengaknya lo bagi sakit lo ke gue dengan cara lo ngabarin gue, biar gue bisa disini nemenin lo, bukannya gue malah ketawa-tawa sama Fanya dan Rena sedangkan gue nggak tau kalo cowo gue lagi sakit di sini, kenapa lo ngga ngabarin gu—" dan lagi-lagi ucapan Nadien terpotong karena Dean langsung menarik tangan Nadien dan langsung mencium tangan Nadien pelan, dan langsung membawa tangan Nadien diam di atas dadanya,

"Maaf ngga ngabarin, handphone dipegang mami, tau sendiri kan mami gimana? Gue ngga sakit parah sampe bakal mati kok he..he.., besok udah bisa sekolah lagi palingan, jangan nangis gini ah" ucap Dean sambil menghapus air mata Nadien menggunakan tangan satunya, karena tangan satunya lagi masih digunakan untuk menggenggam tangan Nadien,

"Kamu itu sakit apa sih? plis kali ini jangan boongin aku, cukup kamu jujur dan kamu ngasih masalah kamu juga ke aku, aku gamau jadi cewe yang cuma duduk diem mengharapkan kebahagiaan dari pacarnya tanpa—"

"Aku kena paru-paru basah akut, penyakit bawaan emang, tapi gausah khawatir dan gausah dipikirin, dengan aku banyak minum air putih sama rajin cek up ke dokter pasti bakal sembuh" ucap Dean sambil tersenyum, dan tidak lama ia langsung terbatuk-batuk,

"Paru-paru basah..akut? Itu udah parah—"

"Selama ada kamu disini, penyakit apa aja juga gabakal bisa misahin aku sama kamu, trust me." Nadien langsung meneteskan air matanya dan menangis tersedu-sedu disaat itu juga,

"Heeh.. kenapa nangis coba? Gada sejarahnya nyonya Charelia Nadien Ammar yang ga pernah absen kena virus bacothypillus langsung nangis gini, apus hiiih, cantiknya ilang, gue gasuka lagi gimana entar? eh ngga deh, cantiknya kamu itu cuma buat pendaftaran, tapi hati kamunya udah aku jadiin penutupan he..he.." ucap Dean yang seketika membuat Nadien tertawa,

"Kenapa jadi aku kamu an gini sih? Alay banget tauga, kaya Rejaran jaman sekarang aja, alay" ucap Nadien sambil tertawa pelan,

"Rejaran?"

"Iya! Rejaran—Remaja Baru Pacaran, kan kaya gitu tuh, aku kamu an serasa ngobrol sama sodara sendiri gitu he..he.."

"Emang ya lo dasar" ucap Dean sambil tertawa, tangannya langsung mengacak-ngacak rambut Nadien, Dean tersenyum melihat Nadien ada disini, seketika kekesalan, kekhawatiran, dan kebingungan yang ada hatinya meluap begitu saja bersama tawa nya, Dean tidak ingin membahas tentang Reno sedikitpun, hatinya sudah bahagia seperti ini,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang