'Ku terlalu lelah pada mulut yang mendustakan hati, pada takdir yang berkata iya saat kucoba mengelaknya, dan pada kamu yang selalu berkata tunggu tapi tak kunjung datang padaku.'
-----JFK International Airport,
New York, 02.45Seorang remaja perempuan sedang berjalan di sebuah airport terkenal di New York, dengan rambut tergerai lurus dengan sweater hitam lengkap dengan jacket coklat muda nya, lalu topi dan kacamata sudah memenuhi wajahnya, ditangannya ia membawa satu gelas kopi starbucks, sampai akhirnya matanya menemukan sesuatu yang mengambil perhatiannya, didepannya tertuliskan,
'Charelia Nadien Ammar? Panjang banget nama lo, buruan naik!'
Yang ia tahu, biasanya saat seseorang baru turun dari pesawat, dan sudah ada seseorang membawa sebuah spanduk dengan nama kita, tapi ini? Bukannya hanya menuliskan nama, tapi ia juga menuliskan kata-kata yang membuat darah Nadien naik seketika,
"Permisi, saya Nadien, mungkin anda supir yang disuruh oleh teman papa saya, tapi ngga seharusnya anda menulis—"
"Berisik lo, mending naik sek—"
Wajah blasteran Amerika Indonesia memenuhi pandangan Nadien, mata elang nya lengkap dengan alis dan mulu mata yang panjang menjadi pelengkap wajah nya, belum lagi bibir tipis yang membuat siapa saja terbengong seketika, lalu sebaliknya, seorang perempuan manis yang kecil serta kacamata dan topi hitam yang sangat pas di kepalanya itu memenuhi pengelihatan lelaki itu, hidung kecil serta bibir merah muda yang dimiliki perempuan ini membuat tatapannya berubah seketika,
"Sekarang ngapain bengong, buruan" ucap Nadien sambil masa bodoh dengan seseorang didepannya ini, tak terlihat seperti supir, tapi ia tidak terlalu memperhatikannya, masa bodoh saja, tampang tak menentukan perilaku dan sifatnya bukan?
"Yee.. belagu banget si lo," ucap laki-laki itu sambil memperhatikan Nadien masuk kedalam mobil, Nadien masuk ke dalam mobil belakang,
"Hehh! Ngapain duduk dibelakang? Didepan lah, lo kira gue supir lo?"
"Loh? Emang lo supir kan?"
"Bukan, gue jemput lo sengaja, kepo aja gimana si tampang perempuan yang kata bokap bakal jadi tunangan gue? Gini? Standar banget"
"Hah?"
'Tunangan katanya? Apa gue ga salah denger? Maksudnya apaan coba? Apa jangan-jangan—' Nadien benar-benar tak tahu bahwa ia akan di tunangankan seperti ini, ia benar-benar tak mengiranya, bagaimana bisa orang tuanya melakukan ini?"Jadi lo belum tau? Yahh.. aturan gue ngga ngasih tau lo, jadi ketauan kan!" ucapnya sambil menaikkan kedua bahunya,
"Kok gue ngga di kasih tau apa-apa?"
"Karena lo bego kali?"
"Hah? Kok lo jadi ngatain gue?"
"Iyalah, emangnya masih ada jaman jodoh-jodohan? Masa sekali dibilang gitu aja udah percaya, kedemenan lo nya"
"Jadi? Lo boong?"
"Makanya jangan bego-bego" ucap lelaki itu dan langsung masuk kedalam mobil, sepanjang perjalanan tidak terlalu banyak obrolan, hanya sedikit lirik-melirik dari lelaki disamping Nadien, sebenarnya ia muak memakan lirikan dari lelaki disampingnya ini, tapi apa boleh buat? Ia benar-benar tak ingin membahasnya, ia sedang tak ingin berdebat, seketika saja fikirannya tentang Dean memenuhi fikirannya, lalu lagi dan lagi air matanya memenuhi pipinya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Loving
Novela Juvenil'Jika saja menyadari cinta tidak sesulit menghapus warna jingga di senja itu, mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam pada kisah ini.' Arsenio Deano Ali, bisa kalian panggil Dean. Mungkin kalian akan belajar tentang kesetiaan dari masa lal...