'Aku merindukan sunyi. Jangan tanyakan kenapa, karena ku sedang tak ingin menjelaskan!
Intinya: Ramai ini tak berarti tanpa dirimu.'
-----Cahaya matahari menembus masuk kedam kamar Nadien melalui celah-celah tirai, dan Nadien suka saat-saat ini, ia merasa matahari menyayangi nya, membangun kan nya dari mimpi dengan sangat pelan dan tenang. Nadien segera berbegas mandi dan langsung ke ruang makan untuk sarapan,
"Pagi bi Arum! Masak apa bi hari ini?" ucap Nadien ramah,
"Ini non, bi Arum bikin nasi goreng, ayam goreng, sayur bayam, kentang balado, ikan lele sam—"
"Bentar-bentar bi, bibi mau ngasih makan aku atau ngasih makan satu RT? banyak bener bi ihhhh!" ucap Nadien gemas,
"Aduh non Nadien, kan hari ini hari senin, non harus banyak-banyak makan biar ngejalanin hari nya enakk, gitu loh non" ucap bi Arum santai,
Itulah bi Arum, menyayangi Nadien seperti anaknya sendiri, bi Arum sebenarnya mempunyai anak satu, seorang perempuan, tapi kejadian naas merenggut anak bi Arum darinya, dan seperti ini lah bi Arum, sangat menyayangi Nadien seperti anaknya sendiri, apalagi Nadien sedikit—kurang perhatian. Nadien senang seperti ini, Nadien nyaman seperti ini, sarapan bersama, mengobrol, tertawa, seperti tak ada beban, tapi itu hanya opini, faktanya Nadien tidak seperti itu, bahkan tidak mungkin.
"Yaudah yuk bi, makan sama Nadien aja disini"
"Yah masa bi Arum makan sama non si, ya gaenak, saya makan dibelakang aja ya non, permisi"
"Ahhh nggak..nggak..nggak, nggak boleh, bibi harus disini" ucap Nadien memerintah dengan tawanya,
Setelah acara makan bersama dan saling bercanda itu, Nadien langsung pamit kepada bi Arum, dan segera diantar oleh supir Nadien, pak Man. Tidak sampai 15menit, Nadien sudah sampai disekolah dengan selamat, Nadien langsung pamit kepada pak Man dan keluar dari mobil, percaya tidak percaya, baru Nadien menginjakkan kaki di sekolah pagi ini, sudah ada yang menyapa nya,
"Nadienn!" ucap teman-temannya,
"Haaai!" jawab Nadien dengan senyum termanis nya, begitu terus sampai ia masuk kedalam ruang kelas, mungkin ia merasa gigi nya sudah kering dan rahang nya sangat pegal.
"Selamat pagi teman ku!!!" ucap Fanya saat baru melihat Nadien,
"Waduuuh..waduuh ada apa ini pada senyum-senyum?" ucap Nadien tertawa,
"Nadien lupa? Semalem kan Fanya ditembak Raza!! Rena jadi gabisa lupain hehe" ucap Rena malu-malu,
"Aaah, kadal bunting! Gue yang ditembak kenapa lo yang malu anjir" kesal Fanya, dan Nadien hanya tertawa melihat mereka berdua.
Jam pelajaran dimulai, seluruh murid yang tadinya senang jadi kesal seketika apalagi pelajaran pertama adalah ulangan fisika, sebuah pelengkap untuk sebuah upacara bendera. Jam demi jam berikutnya berlalu, sampai tidak sadar Raza sudah berdiri disebelah meja Fanya,
"Lah elo ngapain disini bang?" tanya Nadien bingung,
"Mau ngapel cewe gue lah, gaperna pacaran lo yak" omel Raza,
"Hah? Apaan? Ngepel?" ucap Nadien mengejek dan langsung kabur menarik Rena,
"Ehh anjirr!" teriak Raza,
"Udah..udah..Nadien bercanda doang itu, yaudah yuk"
Perjalanan Nadien dan Rena ke kantin hanya diselingi sedikit tawa dan bercanda, sesekali menyapa para teman-teman yang menyapa Nadien, sampai akhirnya Rena memulai pembicaraan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Loving
Teen Fiction'Jika saja menyadari cinta tidak sesulit menghapus warna jingga di senja itu, mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam pada kisah ini.' Arsenio Deano Ali, bisa kalian panggil Dean. Mungkin kalian akan belajar tentang kesetiaan dari masa lal...