Fakta (38)

47 9 4
                                        

     'Ingatan—
Adalah tentang makna ganda
yang bisa dibuktikan dalam bentuk sebuah pertemuan lalu dilanjutkan dengan bagian perpisahan.'
-----

Murid baru laki-laki, pindahan dari Indonesia, Arsenio Deano Ali. Itulah yang sekarang menjadi bahan pembicaraan para murid perempuan di Lawrenceville School. Wajahnya memang sangat tampan, apalagi ditambah wajahnya yang dingin membuat dirinya semakin menjadi bintang di Lawrenceville School. Arsen. Panggil dia Arsen. Ia berjalan melewati beberapa murid perempuan yang secara terang-terangan menatap nya dalam-dalam,

"Itu cewe semua kayanya pada ngeliatin lo De, apa ngeliatin gue ya?" ucap Raza sambil membenarkan rambutnya,

"Inget pacar lo yang di Indonesia Za.." ucap Dean sambil mengecek notifikasi di ponselnya,

"Eh Fanya number one dong De!"

"Ya siapa lah itu namanya" ucap Dean masih dingin,

"Dan satu lagi, jangan panggil gue Dean, risih" ucapnya sambil mengganti ritme berjalan nya menjadi lebih cepat, Raza yang melihat hanya tersenyum dan menatap Dean diam, langkah kaki Raza terhenti, membiarkan Dean berjalan sendiri, lalu menatap nya berjalan menjauh dari belakang. Dean yang ia kenal sudah tiada.

     Kaki dengan langkah besar itu perlahan-lahan memasuki ruang perpustakaan, langkah nya yang gontai perlahan melewati setiap sudut ruangan, dirinya merasa ada yang sakit didalam sini, tetapi ia tak tahu apa. Tangannya menjamah setiap buku yang ada di rak perpustakaan itu, mencari buku yang ingin ia baca, sampai akhirnya ia mendengar umpatan seorang perempuan dari rak di sebelahnya, perlahan ia mendekatinya, sangat perlahan, ia sama sekali tidak membuat suara, perlahan kakinya mendekati perempuan itu, perlahan tapi pasti, sampai akhirnya ia melihat seorang perempuan yang dibuat kesusahan oleh buku-buku didepannya, entah dorongan dari mana tangan nya menjulur mengambil buku-buku itu, sampai akhirnya suara itu masuk kedalam gendang telinganya, merasuk sekaligus sampai tulangnya,

"Thank you.." ucap perempuan itu, lalu secara perlahan wajah itu memenuh tatapannya, kepalanya seperti terguncang hal yang sangat keras, terasa sakit, hatinya juga begitu, terasa sangat sakit, benar-benar sakit, tetapi siapa dia? Siapa perempuan didepannya ini? Apa ia pernah mengenalnya?

"Are u okay?" ucap Dean perlahan sambil tersenyum, tidak tahu apa yang harus ia katakan selain kata itu, tetapi perempuan didepannya ini terlihat membeku, ia terlihat tidak berkedip, dan mulai mengeluarkan air mata, membuat Dean bingung apa yang harus ia katakan, sampai akhirnya seseorang berjalan tepat dibelakang perempuan itu, Raza. Raza berjalan mencari Dean, sampai akhirnya ia menemukannya disini,

"De lo keman—Sen lo kemana aja si? Gue cariin tau ga, liat jam nih, udah waktunya buat masuk kel—" ucapnya terhenti karena perempuan yang berada didepannya ini tiba-tiba saja ikut menoleh, perempuan ini ada didepannya, Nadien benar-benar ada didepannya, perempuan yang membuat sahabatnya bahkan melupakan dirinya, melupakan semuanya.

Raza menarik tangan itu. Raza dengan cepat menarik tangan Nadien menjauh dari Dean, fikirannya sudah terlalu kosong, ia sudah tidak habis fikir dengan perempuan didepannya ini, bagaimana ia bisa berada disini? Di NewYork?!

"Za mau kemana lo?!" teriakan Dean yang terasa hanya angin bagi Raza, ia tetap melanjutkan perjalanannya,

   Raza membawa Nadien ke sudut ruangan, berharap tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya, bahkan penjaga perpustakaan sekalipun,

"What the f*ck are u doing here?! Ngapain si lo disini?! Ga puas bikin kita semua sengsara?! Pergi gajelas kaya orang gapunya salah!" ucap Raza dengan amarah nya yang sangat tidak dapat ia kendalikan,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang