'Cinta terlalu egois. Selalu
mudah melukis kenangan manis, tetapi selalu saja menyisakan
para tangis.'
-----Seorang laki-laki sedang duduk disebuah taman, dan yang ia sesalkan ia sudah terlanjur menghisap benda haram itu—lagi. Reno sedang menunggu kedatangan seseorang yang ia telfon sekitar setengah jam yang lalu, ia mengirup dalam-dalam benda haram itu lagi, dan langsung menghembuskannya bersama seluruh beban dihatinya, ia masih tidak percaya, senjanya terlalu cepat hilang dari sisinya. Malam ini, langit ini, suasana ini, alunan angin disekitar sini pun menjadi saksi bisu bagaimana hancurnya perasaan Reno sekarang,
"Reno lo gila?!!" ucap Allysa yang baru saja datang dari belakang Reno, dan segera mengambil rokok itu dari mulut Reno,
"Sejak kapan lo ngeroko lagi? Lo tau itu bahaya? Satu tahun lo berusaha ngilangin candu itu, dan dalam sehari lo ngancurin itu? Goblok tauga lo!" ucap Allysa kesal, sambil melempar rokok itu kebawah, dan langsung ia injak bagai barang tak berguna lagi,
"Shtttt, duduk disini Al, temenin gue, gue butuh lo, gue butuh temen gue disini." ucap Reno sambil menatap Allysa dalam, Allysa tersadar, mata Reno merah, kantung mata seperti bersarang ditempat itu dengan indahnya, rambutnya terlalu acak-acakan untuk seorang Reno, ia sedang tidak baik.
"Lo..lo kenapa Ren? Cerita ke gue, mungkin gue bisa bantu masalah l—"
"Nadien Al, Nadien.." potong Reno, sambil menunduk frustasi,
"Nadien kenapa? Nadien temen gue? Charelia kan?" tanya Allysa sambil menatap Reno dalam diam,
"Dia jadian sama Dean, gue kira dia bakal balik ke gue, ternyata nihil, hatinya emang cuma buat Dean." ucap Reno frustasi, bahkan ia sekarang mengacak-acak rambutnya dengan seluruh penekanan,
"De..Dean? Arsenio Dea—"
"Iya, Dean" potong Reno cepat, dan dalam hitungan detik, wajah Allysa sudah berubah lebih buruk dari apa yang Reno rasakan, hatinya lebih hancur, 'apa seperti ini rasanya?' batin Allysa, sekarang bahkan ia sudah meneteskan air matanya,
"Al? Lo..lo nangis? Lo kenapa?" tanya Reno panik, ia sangat sedih, tetapi mengapa Allysa yang menangis? Allysa segera memeluk Reno kedalam dekapan nya, ia memeluk Reno erat, ia membutuhkan Reno sangat-sangat untuk saat ini, raganya terlalu lemah, hatinya terlalu hancur, dan kali ini, yang bisa ia lakukan hanya memluk Reno dalam diam,
"Lo kenapa Al, gue gasuka liat lo nangis" ucap Reno sambil menghapus air mata Allysa,
"G..gue gapapa, gue gasuka aja liat lo ngancurin diri lo sendiri buat Nadien, orang-orang di luar sana banyak yang mau berentiin candu mereka sama rokok kaya gitu, tapi lo? fuck it!" ucap Allysa dan langsung memalingkan wajahnya,
"Ya..ya sorry Al, gue gatau lagi harus gimana, g..gue frustasi aja gitu, dia cinta pertama gue Al" ucap Reno sambil menunduk,
"Gini Ren, lo suka Nadien? Lo mau Nadien?" ucap Allysa menatap Reno lekat,
"Bego lo masi nanya"
"Gue punya kesepakatan.."
----------
Nadien merebahkan dirinya di kasur kesayangannya, 'surga dunia' katanya. Nadien segera bangun dari tidurnya, ia segera berjalan ke arah kaca, ia memperhatikan wajahnya, memperhatikan badannya, ia memperhatikan dirinya didepan cermin itu, 'apa yang Dean suka dari gue coba? Cakep kaga, ngawur iya' batin Nadien, bahkan sekarang ia tertawa-tawa sendiri, Indah, itulah yang ada di hati Nadien sekarang, para pelangi seperti menghargai perasaanya dengan menyumbang berbagai warnanya pada hati Nadien. Nadien segera membasuh dirinya dengan air yang mengalir lewat shower itu, ia melucuti segala bebannya dengan air hangat ini. Setelah selesai dengan kegiatannya, ia segera memakai piyama merah muda kesayangannya, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur itu, sampai akhirnya handphonenya berbunyi, ia melihat nama seorang pengirim dan benar saja, Dean ada di nama paling atas,
KAMU SEDANG MEMBACA
Belatedly Loving
Teen Fiction'Jika saja menyadari cinta tidak sesulit menghapus warna jingga di senja itu, mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam pada kisah ini.' Arsenio Deano Ali, bisa kalian panggil Dean. Mungkin kalian akan belajar tentang kesetiaan dari masa lal...