Luka Berlanjut (39)

84 11 5
                                    

'Takkan kubiarkan waktu merebut ia dariku, namun kan kuberikan izin jika kebahagiaan mengajaknya pergi untuk meninggalkanku.'
-----

     Remang-remang suasana senja memenuhi setiap sudut ruangan di tempat yang sekarang Nadien duduki. Cafe Coffe sangat cocok untuk Nadien saat ini, baju pink dibalut jaket hitam dan celana jeans membuat dirinya sangat cocok dengan suasana disini, ia menunggu seseorang itu, yang sekarang ia lakukan hanya merenung, suara kicauan burung berhasil menembus gendang telinganya, angin-angin terasa seperti berbicara perlahan padanya, membisik sesuatu yang membuat Nadien ingin menangis, sampai sebuah tangan menyentuh pundaknya,

"Nadien..?" ucap seorang laki-laki menggunakan topi fedora nya,

"Lo sendiri kan?"

"Ya emang gue mau ngajak siapa lagi?" ucap laki-laki itu,

"Kenapa? Mau tau apa lagi tentang Dean?" ucap Raza sambil mulai duduk di samping Nadien, matanya menatap Nadien dalam,

"Ceritain dari awal Za, gue mau denger.." ucap Nadien sambil menunduk,

"Gue gayakin lo bakal mau ngedenger hal kaya gini Din.." ucap Raza sambil menatap Nadien lagi,

"Gue ngajak lo kesini buat ngedenger semuanya Za.." ucap Nadien balik menatap Raza,

"Malam itu kaya yang lo tau dan lo liat, Dean ngehembusin nafas terakhirnya tepat didepan mata kita semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Malam itu kaya yang lo tau dan lo liat, Dean ngehembusin nafas terakhirnya tepat didepan mata kita semua.."

"Disaat gue pergi.." timpal Nadien sambil menunduk,

"Iya.. tepat disaat lo lari dari kenyataan yang seharusnya lo terima, bukan lo jauhin" ucap Raza sambil mulai menyesup kopi yang sudah ada di mejanya sedari tadi,

"Terus.. gimana.. kenapa bisa?"

"Sebentar Din, sekuat-kuatnya gue sebagai laki-laki, gua juga susah buat ceritain hal kaya gini buat lo.." ucap Raza sambil mulai memejamkan matanya, ia menyesup kopi itu berulang kali, membiarkan Nadien menunggu diamnya,

"Kita diem semua malem itu, gue udah gabisa mikir, Rena Fanya juga udah ngga bisa buat ngejar lo, intinya kita terpuruk malem itu.." ucap Raza menatap apapun didepannya, Nadien makin menenggelamkan wajahnya dalam diam, ia baru merasa menyesal sekarang untuk meminta Raza memberitahu ia semuanya, semuanya tentang malam itu,

"Sampe akhirnya diem nya kita keganggu sama suara alat pendeteksi detak jantung nya Dean, gue ngga bohong kalau gue takut banget malem itu, semuanya diem sampai akhirnya tante Bella masuk duluan kedalem ruangan.." ucap Raza makin memelankan suaranya, ia menyesup kopi nya sekali lagi, membiarkan Nadien menunggu dan menampakan wajahnya, Nadien menatap Raza diam,

"Keajaiban Din, Dokter juga bilang itu keajaiban, dia ngga nyangka Dean bakal ngebuka matanya lagi, semuanya shock, kita belum berani masuk, kita semua nunggu didepan, kita semua bahagia disitu, bener-bener bahagia, tapi.." ucap Raza sambil mulai memalingkan wajahnya ke arah berlawanan, Nadien yang sepertinya tahu juga mulai memejamkan matanya dan menunduk menatap meja didepannya,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang