Janji Dean (13)

144 12 0
                                        

'Biarkan saja hujan menghabiskan bebannya, dan biarkan saja
tanah meluapkan kekesalannya,
lalu biarkan saja aku
menyalurkan seluruh rinduku
ini padamu.'
-----

Dibawah atap rumah sakit ternama di Jakarta, seorang perempuan paruh baya sedang berlari melawan debaran dijantungnya, perasaan nya menyatu bersatu dengan udara hampa di sepanjang koridor ini, pikiran nya sudah berkelana kemana-mana, pertanyaan tentang putra kesayangan nya sudah memenuhi seluruh isi otak nya, kakinya sangat lemas, degupan dihatinya tak juga hilang menemani buliran air mata yang sedari tadi sudah memenuhi pipinya, sampai akhirnya ia sampai didepan ruangan ini, ruangan yang sudah menjadi rutinitas nya untuk ia datangi, tepat didepan ruangan itu beruntung ada dokter Tommy, dan siapapun gadis yang sedang bersama nya, ia tidak memperdulikan nya, yang memenuhi raga serta pikiran nya hanyalah putranya, Deano.

"Dokter..dok..dokter..bagaimana dengan anak saya? Apa Dean tidak apa-apa? Apa kondisinya lebih parah? Ap..apa peradangan di paru-paru nya sudah menyebar?"

Deg. Sesak. Ada apa dengan hati Nadien? Perasaan sakit ini langsung menjalar melewati tiap saraf tubuh Nadien, seperti ada ribuan ton batu yang dilemparkan secara bersamaan kearah Nadien, kakinya lemas, bahkan tangan nya sudah sedari tadi melepaskan minuman yang ada ditangan nya, matanya basah, ya, Nadien menangis lagi. Sebelum nya Nadien belum mengetahui apa-apa, tetapi ibu dari Dean lah yang justru memberitahukan nya kepada Nadien.

Brukkkkk. Nadien terjuntai lemas diatas lantai, Ia membiarkan seluruh udara mengambil alih raganya.

Seorang gadis lengkap dengan seragam SMA nya sedang tertidur lemas disuatu ruang perawatan di rumah sakit itu, tetapi yang menjadi perhatian sekarang adalah seorang laki-laki yang sedari tadi selalu tanpa absen memperhatikan perempuan itu dalam diam, ya, laki-laki itu Dean. Dean masih lemas, paru-parunya masih lemas, dan sekarang perempuan didepan nya ini membuat hatinya semakin lemas.

15 menit yang lalu,
     Dean terlalu lemah untuk berdiri, bukan karena raganya, tetapi karena paru-parunya, bahkan ia sangat sulit hanya untuk melihat ke sekitar, ia memilih memejamkan matanya, ia memilih udara membawa mengalunkan dirinya kedalam kesunyian, melawan rasa sakitya, sampai akhirnya ia mendengar suara gaduh dari luar ruangan, ada apa?

"Astaga bangun nona! Suster tolong nona ini dibawa keruang perawatan" ucap Dokter Tommy yang suaranya terdengar jelas sampai kedalam ruangan, ada apa? Siapa perempuan itu?

"Yallah, kenapa kamu bisa pingsan cantik? sebentar.. inikan teman sekolah Dean kalau tidak salah, suster cepat ini tolong dibawa ke ruang perawatan secepatnya, tunggu dulu.. ini ada namanya di bajunya, Charila? Charela? Ah Cha..Charelia?"

Deg. 'Charelia? Maksud mamah Nadien? Nadien disini? Di..dia pingsan?' batin Dean. Dean mencoba berdiri, tapi nihil, yang ia rasakan hanya sakit di paru-parunya, tapi ia tidak berhenti disitu, ia melepas semua alat yang menempel di badan nya, mulai dari alat pernafasan, pendeteksi jantung, dan segala alat-alat tidak penting lainnya, ia mulai berdiri bernegosiasi oleh kesakitan yang ia rasakan sekarang, ia jatuh, berdiri lagi, dan jatuh lagi, ia menjadikan pintu sebagai teman berjalan nya, ia membuka pintu itu dan yang ia temukan hanya ibu nya dan dokter Tommy,

"Kemana Nadien? Di..dia dimana?" ucap Dean takut terjadi apa-apa pada Nadien,

"Astagfirullah sayang, kamu ngapain disini? Cepat kembali ke dalam ruangan" ucap ibu Dean panik, dilanjuti oleh sang Dokter,

"Nadien? Apa maksudmu gadis yang sedaritadi disini? Cha..Charelia?"

"Dimana? Dimana Nadien? Mi..dimana Nadien?" ucap Dean tidak kuat menahan paru-parunya yang terasa semakin sakit jika terlalu banyak berbicara,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang