Pengawal Cerita (36)

68 8 0
                                    

'Terlalu lama menetapkan pilihan membuatku semakin yakin bahwa seharusnya semenjak hari itu, pilihanku hanya satu—pergi.'
-----

"bukan Ca, lo salah, menurut gue status kita adalah 2 orang yang bertemu karna takdir bilang, iya.."

deg. Dunia Nadien seperti berputar menentukan porosnya sendiri, tidak memperdulikan Nadien yang sudah sejak tadi menahan nafasnya. Apa yang Nadien rasakan sekarang sangat mirip dengan apa yang Nadien rasakan saat pertama kali mendengar ucapan-ucapan manis dari Dean. Tidak, ini tidak benar, bukan seperti ini seharusnya,

"Yan, gue gabisa bilang perasaan lo salah apa ngga, karena gue bukan tuhan yang bisa nentuin perasaan setiap orang. Tapi yang perlu lo tau—takdir bakal nemuin jalannya sendiri, segimanapun rusaknya jalan itu, Trust me."

"Ca.."

"Gue pulang sendiri, gue ngeliat disana ada pangkalan taxi.." ucap Nadien sambil menunjuk ke arah ujung jalan, kakinya sudah bergerak tak karuan, tangannya pun sudah sibuk menyingkirkan rambutnya yang terbawa oleh angin pantai,

"Gue duluan.."

"Ga Ca, lo harus pulang sama gue"

"Gue mau pulang sendiri yan"

"Lo berangkat sama gue, pulang sama gue, gaenak sama nyokap"

"Lo ngga ada hak Yan" ucap Nadien langsung dengan intinya, ia langsung berjalan menjauhi pantai, menjauhi Ryan, dan menjauhi pikiran buruk yang sudah berkelana bebas di kepalanya. Nadien menarik nafas dalam, dan menghembuskannya dengan perlahan, begitu terus sampai ia sudah menemui pangkalan taxi itu,

"Pak, Starbucks terdekat ya"
---------
Kepala Nadien sudah sangat lelah untuk mendengak sekalipun, ia menidurkan kepalanya sambil mendengarkan lagu yang terayun jelas di dalam Starbucks, otaknya tak dapat berhenti berfikir tentang hari ini, tentang Ryan, dan semuanya.

Suara tarikan kursi memenuhi gendang telinga Nadien, otaknya yang sulit mencerna sekaligus matanya yang terlalu sibuk untuk mengatup pun tidak sigap dengan siapa orang yang berada didepannya, sampai akhirnya,

"Nadien? Bener ngga? Nadien kan?" ucap seorang perempuan yang Nadien bahkan belum melihat wajahnya, perlahan Nadien menaikkan kepalanya, masih dengan mata tertutup ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya,

"Iya sia—eh?" ucap Nadien yang merasa mengenal perempuan memakai headset didepannya ini, mata nya mulai mendeskripsikan wajah perempuan didepannya ini, siapa?

"Makin yakin gue, lo Nadien kan? Yang ketemu di Central Park waktu itu" ucap perempuan didepannya ini, wajahnya terlihat sangat exited, sampai akhirnya wajah perempuan ini terlintas di pikirannya,

"Ahhh, lo Lisa ya? Iya..iya.. inget kok, lo cewe pertama yang gue kenal di New York soalnya" ucap Nadien sudah benar-benar sadar, matanya sudah tidak mengantuk sama sekali,

"Wahh, kebetulan banget, ngapain disini Din? Sendirian aja?"

"Iya sendirian, lo?"

"Iya, tujuannya cuma beli trus pulang gitu, tapi kebetulan ada lo, bisa lah ngobrol sebentar" ucap Lisa sambil tersenyum hangat, Nadien yang melihat senyuman itu sangat yakin bahwa senyuman itu benar-benar tulus,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang