Keseriusan (24)

120 10 5
                                    

     'Sayangnya,
mendung malam ini semakin menjadi-jadi, membuat hati yang terselimuti rindu semakin meneriaki hati.'
-----

     Taman belakang sekolah adalah tempat yang sangat pas untuk seseorang merenungkan diri, dan juga tempat yang pas untuk sebuah Rena, sakit hati yang mendalam menguasai seluruh jiwanya saat mengetahui lelaki yang ia suka masih menyukai teman nya—tidak, sahabatnya. Lalu? Untuk apa semua ini? Apa hanya untuk menuai bibit lalu pergi? Apa hanya untuk melihat bunga mekar lalu mematahkannya? Apa seperti itu?

"Why i'm should meet with that asshole?! AHHHHHH!" teriak Rena di taman belakang sekolah itu, ia benar-benar ingin meluapkan seluruh kekesalannya pada dunia, ia berharap teriakannya akan mengeluarkan seluruh bebannya, dan angin disekitar sini akan membawa beban itu menjauh dari hidupnya, benar-benar pergi tak berujung dan tanpa tujuan, Rena menangis lagi, sudah berkali-kali sejak tadi, ia bingung harus melakukan apa, ia bingung apa yang harus ia lakukan jika bertemu Leon dan Nadien?! Bukan kah itu sudah cukup memalukan untuk lari tanpa alasan? 'Argh that jerk! I wish u will be regret forever! u just an asshole, not more!' batin Rena mengumpat, ia sangat kesal! Bagaimana bisa seorang Leon memainkan perasaannya, apa semudah itu untukknya?
----------
"Fan lo liat Rena ngga?!" ucap Nadien sambil mengatur nafasnya yang sudah tak karuan, Fanya sedang bersama Raza kala itu, tapi apa boleh buat? Menggangu sebuah pasangan demi seorang sahabat bukannya wajar?

"Kenapa Din? Rena kenapa?"

"Panjang ceritanya, bisa sini bekasi, sekarang bantu gue cari Rena aja" ucap Nadien lansung menarik Fanya pergi dari kelas,

"Ja gue pinjem cewe lo bentaran, sorry" ucap Nadien sambil berlari menggandeng Fanya,

"Iyaa!! Za not Ja right?"

"Yea whatever" teriak Nadien, dan setelah itu mereka tertelan oleh pintu kelas, mereka sudah lenyap dari pandangan Raza, saat dirinya ingin duduk, entah mengapa dirinya baru sadar bahwa ada yang ganjal dari Nadien dan Fanya barusan, apa ada sesuatu?

"Woi kuda, bengong ae lo, mana Fanya? Tumben ga barengan, biasanya uda kea jeruk ama kulitnya, nempel" teriak Dean yang muncul tiba-tiba,

"Ah berisik lo, tadi cewe lo narik cewe gue, ada emergency kali"

"Emergency emergency, lo kata ada kebakaran"

"AHHHH KEBAKARAN!!! KEBAKARANN!!!" teriak teman sekelas Dean dan Raza, tidak lain tidak bukan adalah Siti, teriakan nya membuat satu kelas ricuh kecuali Dean dan Raza yang hanya bengong memperhatikan,

"Lo ngapa anjir Ti?"

"Ta..tadi kata lo ada kebakaran"

"Ah yaudah lah ya serah lo"
----------
     Nadien dan Fanya masih mencari ke sekitar sekolah, Nadien sudah menceritakan semuanya kepada Fanya, dan untungnya Fanya mengerti keadaan Nadien disini, jadi ia bisa menengahkan masalahnya,

"Lo tau kan Rena gimana? Dia itu masih bisa dibilang anak kecil, hatinya
Masih sensitif banget, eh ini si Leon pake mainin dia segala, awas aja kalo gue ketemu dia, gue haja—"

"Urusan ngehajar mah belakangan gila Fan, sekarang Rena dulu, yallah dia kemana ya, apa jangan-jangan dia cabut sekolah lagi"

"Tanpa bawa tas?"

"Kan tadi lo sendiri yang bilang kalo dia masih childish"

"Iyasih, terus kita mau kema—" ucapan Fanya terpotong oleh bunyi bel sekolah, tanda masuk itu membuat Nadien dan Fanya mendumel tanpa henti, bagaimana tidak? Karena bel tersebut mereka tidak bisa mencari teman nya yang hilang,

"Gini aja, istirahat kita cari lagi, sekalian hubungin Reno biar dia tau kalo Rena ga di sekolah"

"Yaudah iya aja deh"
----------
     Bel pulang sekolah sudah berbunyi sesuai iramanya, Nadien dan Rena ingin segera pergi meninggalkan kelas dengan membawa tas nya itu, saat istirahat pertama pun mereka sudah mencari Rena kemana-mana, tetapi nihil, Raza dan Dean pun juga sudah mengetahui nya, lalu bagaimana dengan Dean yang mengetahui bahwa lelaki lain masih menyukai kekasihnya? Ia sempat kesal tadi, sampai akhirnya ia melupakannya agar Nadien tidak terlalu punya banyak fikiran,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang