#1 in Words August 2018
#11 in Non-Fiction on 1 January 2018
#12 in Non-Fiction on 27 January 2018
#4 in Poems on 5 June 2018
This work was started on 15 December 2017.
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Man with A Chip on His Shoulder
No matter what happens, nothing is right; that is how it is with the man with a chip on his shoulder. When he sees a good man, he will say that the man has ulterior motives. When he sees an act of love, he says it is not good enough. When he receives a kindness as a gift, he says he deserves it.
When the sky is blue, he says it is too blue. When there are clouds hovering above, he says it is too dark. When the sun is shining, he murmurs about the weather being too hot. When it is cool, he complains about not having enough sun. That's how it is with the man with a chip on his shoulder.
Nothing makes the man with a chip on his shoulder happy. Even when he is happy, he says that he is not. He makes a mountain out of a mowhill. He sees imaginary shadows lurking. He grumbles and groans. He airs grievances and makes sure they are heard. His actions are often much ado about nothing.
The man with a chip on his shoulder is an excellent fault finder, so he thinks. He sees every minuscule defect. He can describe in detail all blemish in a man. He takes note on infirmities and weaknesses. He holds grudges, but most often he barks at a wrong tree.
The man with a chip on his shoulder does not rest. He has an antenna that works 24 hours a day receiving bad news, gossips and rumors. He is a skeptic – always suspicious and unbelieving. He picks a fight even when peace prevails and there is no war to wage.
Tidak peduli apa yang terjadi, tidak ada yang benar; begitulah halnya dengan Si Penggerutu. Ketika ia melihat orang baik, ia akan mengatakan bahwa orang itu memiliki motif tersembunyi. Saat ia melihat sebuah tindakan kasih, ia bilang itu tidak cukup baik. Ketika ia menerima kebaikan sebagai hadiah, ia mengatakan bahwa ia layak mendapatkannya.
Saat langit biru, ia mengatakan langit itu terlalu biru. Bila ada awan yang melintas di atas kepalanya, ia bilang awan itu terlalu gelap. Saat matahari bersinar, ia bergumam tentang cuaca yang terlalu panas. Bila sudah udara berubah sejuk, ia mengeluh karena tidak menerima sinar matahari yang cukup. Begitulah halnya dengan Si Penggurutu.
Tidak ada yang dapat membuat Si Penggerutu bahagia. Bahkan saat dia bahagia, dia berpikir bahwa ia tidak bahagia. Pagar pendek ia jadikan benteng tinggi menjulang yang menghalangi. Ia senantiasa was-was melihat bayang-bayang imajiner mengintai. Ia tak henti menggerutu dan mengerang. Ia mengutarakan semua keluhan dan memastikan orang lain mendengarnya. Tindakannya sering tindakan yang kosong tanpa makna.
Si Penggurutu adalah pencari kesalahan yang sangat ulung, begitulah ulahnya. Ia melihat setiap cacat yang sangat kecil. Ia bisa menggambarkan secara rinci semua cela pada seseorang. Ia mencatat kelemahan dan kekurangan orang lain. Ia menyimpan dendam, tapi paling sering ia menyalak di pohon yang salah. Si Penggerutu tidak beristirahat. Ia memiliki antena yang bekerja 24 jam sehari untuk menerima kabar buruk, gosip dan rumor. Ia skeptis - selalu curigaan dan penuh prasangka. Ia yang memulai perkelahian bahkan ketika perdamaian telah berlaku dan tidak ada alasan untuk berperang.
