65 Only Humans Cry (Dwi Bahasa)

148 16 3
                                    


Only Humans Cry

There are many reasons why we do it. Sadness, happiness, anger, sympathy, anxiety and fear are the top reasons. And yet we are told to keep a stiff upper lip and refrain ourselves from doing it. They tell us we should control it. So, they tell us we should stop being a cry-baby and act like a real grown-up.

Tears are substances feared most in some societies. The person who secretes them is thought to be weak, lacking courage, emotional and unsteady. To some, the social stigmas associated with tears have caused them to suppress crying all their lives. Think of what would happen if you were in the company of friends and suddenly you broke down in tears for a reason. I would feel shameful for sure.

If tears are an integrated part of a human being, why should we refrain ourselves from crying? Are tears so bad after all? Is the ability to cry a mistake? Are crying reserved for the fainthearted?

Crying actually removes chemicals built-up caused by emotional stress. We take in more than just painful feelings and thoughts when we face various problems. A good thing about the human body is that it is equipped with a means of getting rid of these elements that we take in during our moments of affliction. So, can we cry ourselves out? Should we limit ourselves from crying? We should not.

Emotional tears are a response which only humans have, for only people can weep. All animals that live in air produce tears to lubricate their eyes, but only people posses the marvelous system that causes crying. Simple act of crying releases toxins from the body. How wonderful that we are able to cry when we witness or experience pain and suffering.

People who suppressed crying actually felt worse. The tears shed from having experienced emotional stress are found to contain far more toxic biological byproducts. So, crying is actually a means by which toxic substances are removed. Repressing tears causes stress levels to increase and in turn contributes to various diseases related to stress, including high blood pressure, heart problems and peptic ulcers.

Think about the trying times when we cried ourselves to sleep. Or during those difficult moments when we witnessed our family eaten away by cancer. Or when our heart was stirred having witnessed acquaintances ridden with problems. I thank God that I am able to cry; that I do not suppress my feelings and emotions. For during those times, unknown to me, by shedding tears, which I easily take for granted, it is a means by which my body to cope with the stress I was facing.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Hanya Manusia yang Menangis

Ada banyak alasan mengapa kita melakukannya. Kesedihan, kebahagiaan, kemarahan, rasa simpati, kecemasan dan ketakutan adalah alasan utama. Namun kita diminta untuk tegar dan menahan diri untuk tidak melakukannya. Mereka mengatakan bahwa kita harus mengendalikannya. Jadi, mereka memberitahu kita bahwa kita seharusnya berhenti menjadi seperti seorang bayi yang menangis dan harus bertindak seperti orang dewasa sejati.

Air mata adalah salah satu hal yang paling dihindari di beberapa masyarakat. Orang yang mengeluarkan air mata dianggap lemah, kurang berani, emosional dan tidak stabil. Bagi beberapa orang, stigma sosial yang terkait dengan air mata telah menyebabkan mereka menekan tangis sepanjang hidup mereka. Pikirkan apa yang akan terjadi jika Anda berada di antara teman dan tiba-tiba Anda menangis karena suatu alasan. Kalau saya, pasti akan merasa malu sekali.

Jika air mata adalah bagian integral dari manusia, mengapa kita harus menahan diri untuk tidak menangis? Apakah air mata sangat buruk? Apakah kemampuan untuk menangis adalah suatu kesalahan? Apakah menangis diperuntukkan bagi orang yang lemah?

Padahal, dengan menangis tubuh kita menghilangkan penumpukan bahan kimia yang disebabkan oleh stres emosional. Kita mengalami lebih dari sekadar perasaan dan pikiran yang menyakitkan saat kita menghadapi berbagai masalah. Hal yang baik tentang tubuh manusia adalah bahwa ia dilengkapi dengan sarana untuk menyingkirkan unsur-unsur yang kita alami selama masa penderitaan kita. Jadi, bisakah kita menangis? Haruskah kita membatasi diri dari tangisan? Seharusnya tidak.

Air mata emosional adalah respons yang hanya dimiliki manusia, karena hanya manusia yang dapat menangis. Semua hewan yang hidup dari udara menghasilkan air mata untuk melumasi mata mereka, tapi hanya manusia yang memiliki sistem mengagumkan yang menghasilkan tangisan. Tindakan sederhana menangis mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Betapa indahnya kita bisa menangis saat kita menyaksikan atau mengalami rasa sakit dan penderitaan.

Orang yang menekan diri untuk tidak menangis sebenarnya mengalami hal yang lebih buruk. Air mata yang tertumpah karena mengalami stres emosional mengandung produk sampingan biologis yang jauh lebih toksik. Jadi, menangis sebenarnya adalah sarana dimana zat beracun dikeluarkan. Menekan air mata menyebabkan tingkat stres meningkat dan pada waktunya berkontribusi terhadap berbagai penyakit yang berhubungan dengan stres, termasuk tekanan darah tinggi, masalah jantung dan tukak lambung.

Pikirkan saat-saat sulit saat kita menangis sampai tertidur. Atau selama masa-masa sulit saat kita menyaksikan keluarga kita dimakan oleh kanker. Atau saat hati kita diaduk karena menyaksikan kenalan yang dirundung masalah. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya dapat menangis; bahwa saya tidak menekan perasaan dan emosi saya. Karena selama masa sulit itu, tanpa saya sadari, dengan meneteskan air mata, yang dengan mudah saya anggap remeh, adalah cara dimana tubuh saya mengatasi stres yang saya hadapi.

̼:7@

Words of Wisdom / Kata-kata BijakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang