The Edge of Reason
Sometimes, I stand at the edge of reason, a place where I try to justify myself for the things that I do. There at the edge of reason, I, a traveler, am lured by the enticement of two lands.
On one side, the expanse of the land of the clear conscience where truth and integrity abide. The freemen dwell in this land and they are free to do the things they do. The freemen are not encumbered by their doings for they have nothing to be sorry about. There on the land, regrets are not part of their life, because their actions are all substantiated and done for the right reasons. There they do not speak lie as their language for they think hard before they do things they do and they have no reason to not disclose the nature of their heart. They are transparent and are men of integrity.
On the other side is the land of guilt where the liars dwell. There they try to defend and rationalize their wrong actions. There they cannot be reprimanded for they always find excuses for all the wrong reasons. There, they are absolved of any violation not because they are blameless, but because they can cover up their action.
Sometimes, I stand at the edge of reason inbetween these two lands. Both sides have extended their loving arms to beckon me to be a resident of their lands. If I were given a chance, I would probably cast my lot for both lands, but the land of the clear conscience would not allow me that luxury. It demands for me to choose side. So, there at the edge of reason, I will always have to decide to which side my feet will tread.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Di Ujung Akal
Terkadang, aku berdiri di ujung akal, tempat aku mencoba membenarkan diri sendiri untuk hal-hal yang aku lakukan. Di sana di ujung akal ,aku, seorang musafir, terpikat oleh godaan dua negeri.
Di satu sisi, hamparan negeri hati nurani yang bersih dimana kebenaran dan integritas berdiam. Orang-orang merdeka tinggal di negeri ini dan mereka bebas untuk melakukan hal-hal yang mereka lakukan. Orang-orang merdeka ini tidak dibebani oleh perbuatan mereka karena mereka tidak perlu menyesali apa yang mereka lakukan. Di negeri ini, penyesalan bukanlah bagian dari kehidupan mereka, karena tindakan mereka semua dibuktikan dan dilakukan dengan alasan yang benar. Di sana mereka memakai kebohongan sebagai bahasa mereka karena mereka berpikir keras sebelum melakukan sesuatu yang mereka lakukan dan mereka tidak memakai alasan untuk tidak mengungkapkan sikap hati mereka. Mereka transparan dan memiliki integritas.
Di sisi lain adalah negeri rasa bersalah dimana para pendusta tinggal. Di sana mereka mencoba membela dan merasionalisasi tindakan salah mereka. Di sana mereka tidak dapat ditegur karena mereka selalu mencari alasan untuk semua kesalahan yang mereka lakukan. Di sana, mereka dibebaskan dari pelanggaran bukan karena mereka tidak bersalah, tapi karena mereka dapat menutupi tindakan mereka.
Terkadang, aku berdiri di ujung akal di antara dua negeri ini. Kedua belah pihak telah merentangkan tangan mereka yang penuh kasih untuk memanggil aku untuk bergabung menjadi penduduk negeri mereka. Jika aku diberi kesempatan, mungkin aku memilih dua-duanya, tapi tanah hati nurani yang bersih tidak akan membiarkan aku melakukan hal itu. Ia menuntut aku untuk menentukan pilihan. Jadi, di ujung akal, aku selalu harus memutuskan ke sisi mana kakiku akan melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Words of Wisdom / Kata-kata Bijak
Kurgu Olmayan#1 in Words August 2018 #11 in Non-Fiction on 1 January 2018 #12 in Non-Fiction on 27 January 2018 #4 in Poems on 5 June 2018 This work was started on 15 December 2017. ...