RASA dingin... bukan, hangat. Sesuatu membawaku. Berjalan terus dengan mataku yang terpejam. Angin berhembus kala ini membuatku tetiba saja mengeluarkan suara bersin kecil yang terdengar konyol.
Mataku perlahan terbuka. Samar-samar aku melihat pemandangan di depanku, aku yakin kalau aku berjalan saat ini. Angin kembali bertiup memberikan rasa dingin yang menerpa kulitku yang sedikit terekspos dan membuatku menggigil.
Aku mengeratkan tanganku yang merasa seperti... apa, ya? Rasanya seseorang seperti membawaku dan kini aku seperti memeluknya.
Hangat.... Aku memejamkan mataku kembali, sebelum diriku tersadar.
Eh?!
Dengan sangat tiba-tiba, aku menaikkan kepalaku dan tanganku kuletakkan di bahu orang itu. Entah bagaimana rasanya aku malu sekarang, wajahku rasanya memanas. Tentu saja karena Nakahara-san membawaku di punggungnya dengan jas panjangnya yang hanya tersampir di bahuku.
Nakahara-san sedikit menengokkan kepalanya ke belakang dan menatapku. "Sudah sadar?"
Aku diam sesaat dengan merapatkan mulutku sekuat-kuatnya. "Arigatou... Nakahara-san," balasku kemudian. "Bisa turunkan aku sekarang?"
Nakahara-san bergeming, diam. Apa dia tidak mendengarnya, ya?
"Nakahara-san...."
"Apa kau benar-benar bisa berjalan saat ini?" aku terkesiap, tidak mengerti dengan ucapannya itu. Tak lama kemudian ia melanjutkan, "kakimu terkilir, mungkin saat itu kau tidak merasakannya karena efek pengendalian itu."
Aku mencoba menggerakkan kakiku, dia benar. Rasanya sedikit nyeri. Apa mungkin karena terus memaksakan agar tubuhku bergerak kala itu?
"Maaf."
Sekali lagi aku dibuat terkejut. Rasanya Nakahara-san bergumam seolah baru mengingat sesuatu. Tapi... minta maaf untuk apa?
"Maafkan aku karena tidak percaya padamu."
Tanpa kusadari, kukira saat ini langit sudah sore. Ternyata sudah sangat gelap. Dan berada di pinggiran laut seperti ini, rasanya dingin. Tapi entah kenapa hatiku merasa hangat.
Aku mengabaikan ucapan Nakahara-san yang barusan seolah tidak mendengarnya, tapi aku tersenyum dibaliknya. Rasanya senang ia bisa jujur seperti itu, walaupun sedikit terasa menyakitkan mengetahui saat itu ia benar-benar tidak percaya denganku. Bukankah seharusnya aku yang meminta maaf, ya?
Aku menatap tanganku yang menyentuh kedua bahunya di belakang dan memejamkan mataku perlahan. Tato pada tanganku, tetiba mengeluarkan cahaya orange yang hampir sama dengan warna surai pria di depanku.
Aku membuka manikku perlahan, begitu selesai, cahaya itu itu lenyap perlahan. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya penasaran.
Mungkin hanya ini yang bisa kuberikan untuknya karena sudah membawaku seperti ini, menjadi beban untuknya, juga sebenarnya aku rasa ini merepotkan untuknya.
"Pelindung. Nakahara-san memberikanku jasnya, padahal aku sudah mengenakan jaketku. Memangnya Nakahara-san tidak merasa dingin?"
"Tadinya, tapi sekarang tidak lagi."
Paling tidak dia jujur.
Aku merekahkan senyumanku begitu aku menatap langit hitam di atasku. Dan dari atas sana, seberkas seperti cahaya putih berjatuhan. Tanpa sadar aku mengangkat tanganku ke atas untuk menyentuh benda putih yang kukira kunang-kunang itu.
Tapi, itu jelas bukan kunang-kunang musim dingin. Melainkan salju! Salju pertama di Yokohama! Kini aku menaikkan kedua tanganku seraya ingin meraih butiran-butiran es yang berasal dari langit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X Reader
FanfictionBungo Stray Dogs © Kafka Asagiri Story © K-san-san Collaboration Project | New Year! Broken Cover by @KozumeRenka [Warning! Content Rate 17+] • Bahasa Kasar 😐 • Deskripsi pembunuhan jelas ☺ • Adegan "Lime" 😅 • Dan berlanjut sampai "Lemon" kalo bac...