Chapter 13 : My Anxiety

1.6K 217 43
                                    

AKU tidak tahu sebaiknya bagaimana. Rasa percaya dan tidak percaya berkecambuk begitu saja pada apa yang kulihat bergumul di dadaku.

Bagaimana ini? Aku jadi aneh.

Lagi juga, kenapa harus sampai merasa terpukul seperti ini? Chuuya-kun kan tidak menyukaiku, juga aku masih bingung dengan arti sukaku untuknya. Jadi seharusnya aku tidak kelabakan seperti ini hanya karena dia berciuman dengan seorang wanita—atau barang kali mungkin pacarnya.

Entahlah. Yuki-chan, perasaan apa ini?

Sambil berjalan bolak balik tidak jelas di atap apartemenku, tanpa kusadari aku menggenggam ponselku sampai kurasakan tanganku mulai berkeringat, basah.

Yuki-chan, bagaimana ini, Yuki-chan?!

Walau memikirkan tentang Yuki-chan pun, badai salju tidak akan mereda dalam hatiku. Pipiku panas dan bisa kurasakan ada yang ingin keluar dari tenggorokkanku.

Tidak! Aku tidak menangis! Bisa kupastikan itu dan tidak ada alasan bagiku untuk menangis!

Sambil bicara pada diriku sendiri, aku menahan napasku yang terasa panas. Kugenggam kuat-kuat pagar pembatas atap, lalu saat aku mengangkat wajahku yang menunduk bersiap untuk berteriak sekuatnya, ironisnya tidak ada sepatah kata pun yang keluar.

Aku membeku. Ya, tidak ada sepatah kata pun yang keluar. Aku ingin berteriak, tapi tidak tahu apa yang ingin aku katakan.

[Akhirnya kau berteriak juga.]

Seketika, sebuah suara terngiang kembali dalam kepalaku. Suara yang amat kukenal, nadanya yang terdengar sangat bersyukur, dan senang seolah mendengar berita yang baik.

Aku menggigit bibir bawahku. Aku bodoh! Aku terlalu menyepelekan kala itu aku masih bisa berteriak, tapi saat ini....

Bahkan sepotong kata tak terucap walaupun dari ujung bibirku.

Ini yang tidak pernah kuinginkan dalam diriku, inilah alasanku yang lain untuk selalu menutup perasaanku dan lebih mengandalkan logikaku.

Kalau hatiku sampai menjadi lemah, akan tiba saatnya dimana hari saat aku bahkan tidak bisa berteriak. Dan kalau hari itu tiba, aku tahu sekarang....

Rasanya aku kosong. Mati.

Setelah akhirnya aku bisa meneteskan air mataku yang sedikit itu, aku bangun dan mengusapnya. Bisa kurasakan tatapanku jauh menerawang, kosong.

Di hadapanku saat ini hanyalah gambaran keabu-abuan. Aku menggeleng seraya menggigit bibir sekali lagi. Sepertinya, saat ini aku tidak bisa bicara sama sekali lantaran rasa perih yang menusuk jauh ke dalam dadaku, seolah-olah seseorang menusukkan pisau yang teramat tajam itu tepat di jantungku.

Rahangku menguat. Dasar bodoh! Kenapa seolah aku menyalahkan semua ini pada Chuuya-kun? Sudah jelas semua ini salahku. Aku yang sejak awal tahu perasaanku tak terbalas, aku yang sejak awal tahu kalau perasaan suka itu adalah perasaan yang umum—tapi tetap saja bermain api dengan mencoba-coba menjadi sosok partner yang akrab....

Seharunya aku melawan api dengan api!

Aku tersentak. Tidak, tidak hanya sekadar teman. Aku menyentuh bibirku, bibir yang pernah dicium pria yang bahkan tidak menyukaiku. Astaga! Kenapa aku bodoh? Seandainya saat itu aku bisa menghindar dan tidak lengah hanya karena awalnya kukira dia hanya menggodaku, tidak akan ada tanda pada diriku yang bisa mengingatnya. Juga rasa sakit ini.

Dan lebih parah lagi, tanda itu akan selalu melekat padaku. Menjadi sebuah kenangan yang pahit. Mengingat betapa menyakitkannya diberikan tanda oleh orang yang bahkan tidak membalas perasaanku.

✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang