JADI, beginilah akhirnya kenapa aku bisa berada di Kantor Agensi Detektif Bersenjata dan duduk tenang di atas sofa dengan disugihi ocha tea yang panas.
Kantor ini sedikit berbeda, memang tempat yang kecil hanya saja terasa nyaman dengan orang-orangnya yang tentunya—harus kukatakan apa, ya?—tidak jelas, mungkin. Begitulah.
Setelah meletakkan syal dan jaket bulu milikku, aku pun duduk ditemani Dazai-san dan Kunikida-san yang sibuk dengan tugasnya mencari informasi lainnya (atau sebenarnya Dazai-san hanya santai-santai saja?).
Aku menatap ke luar jendela lantai empat ini. Salju sudah turun cukup lebat, tumpukkannya pun sudah hampir sampai dengkul kaki tampak di bawah sana, dan yang paling kusuka adalah kerlap-kerlip lampu jalan yang memenuhi kota dengan warnanya yang indah yang semakin ramai saja.
Aku menatap gelas ocha teaku dan mengangkatnya, setelah menyeruputnya untuk satu tegukkan, aku melihat sepucuk batang kecil daun teh hijau di sana. Apa ini artinya pertanda baik akan datang padaku?
Aku meletakkan gelas kecoklatan itu di tempatnya sehingga menimbulkan suara dentingan kecil. Saat kuangkat kepalaku, seorang pria bersurai silver dengan potongan aneh mendekat sembari meletakkan beberapa selebaran di atas meja.
"Kunikida-san, ini informasi yang kau minta. Dan Dazai-san, sepertinya…." Pria itu mengambil salah satu selebaran yang baru saja ia letakkan. "Tersangka utama kasus ini adalah Sang Lingkaran Pendosa itu."
Sebetulnya aku hampir saja menyemburkan teh yang kembali aku cicipi karena enak. Tentu saja aku terkejut! Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja namaku disebut di depanku—walaupun faktanya itu bukan namaku—tapi tetap saja ini seperti tuduhan.
Omong-omong, pria ini mengkerutkan wajahnya karena… entah apa, mungkin sedikit takut. Sementara Dazai-san sudah mengambil posisinya duduk di atas sofa sambil menatapku menyelidik. Memangnya kau kira aku yang melakukannya? Begitulah tatapan yang kuberikan pada Dazai-san selepasnya kuseruput kembali ocha tea panas itu.
"Ini tentu saja bukan dia, Atsushi-kun," sergah Dazai-san. Seketika aku merasa dia membelaku. Jujur, aku merasa begitu. "Ini bukan cara dia membunuh."
Gawat. Aku mulai kesal sendiri karena metode membunuhku disama-samakan dengan pembunuh ulung ini. Oh, astaga!
Aku meletakkan kembali gelas kecoklatan itu setelah beberapa detik kutembelkan bibirku pada pinggiran gelasnya—untuk menghangatkan bibirku yang kurasa dingin—hingga dentingan itu kembali tercipta.
"Dazai benar," sahut salah seorang pria lain. Suara bariton yang baru kudengar. Saat pria itu menyembulkan kepalanya dari pemuda bernama Atsushi tadi, aku bertanya-tanya dalam benakku. "Ini bukan caranya membunuh."
Pria itu seperti anak kecil, ia membawa makanan di seluruh tangannya yang sudah penuh sehingga kupikir, memangnya tidak kesulitan membawa snack sebanyak itu? Ditambah nama bicaranya yang terkesan santai dan dengan senyuman.
"Dia Ranpo-san," Dazai-san berbisik padaku.
Sontak aku pun menoleh padanya dan kembali menoleh pada Ranpo-san. Jadi dia yang namanya Ranpo-san. Kupikir dia sudah cukup tua, tapi dari tingkah lakunya ia tampak muda. Aku mengangguk-angguk kecil mengerti.
"Walaupun seperti itu, umurnya sekarang sudah 26 tahun." WOW! Memang sudah tua. Tapi kelakuannya lucu bak anak kecil. Sungguh.
"Omong-omong, Dazai. Kenapa kau membawa wanita anehmu lagi ke sini?" aneh… ya? Harusnya aku merasa tersinggung lantaran diriku sendiri dan di depanku juga diucapkan dengan sangat jujur dan frontal—di bilang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X Reader
FanfictionBungo Stray Dogs © Kafka Asagiri Story © K-san-san Collaboration Project | New Year! Broken Cover by @KozumeRenka [Warning! Content Rate 17+] • Bahasa Kasar 😐 • Deskripsi pembunuhan jelas ☺ • Adegan "Lime" 😅 • Dan berlanjut sampai "Lemon" kalo bac...