EC. 7 - I've Been Watching You

1.4K 105 43
                                    

SINAR mentari pagi muncul dari sela-sela bangunan tinggi menerpa jendela besar dengan beranda di sampingku.

Langit kebiruan gelap berubah menjadi langit jingga. Dalam keadaan setengah tertidur, aku memandangnya dari atas kasur.

"[First Name], kau sudah bangun?"

Pemuda itu berbisik lembut di telingaku. Lengannya dari kemarin malam, memeluk tubuhku yang hanya berbalut selimut putih dari belakang.

"Hmm...." Aku hanya menggeram pelan.

Pemuda itu mengeratkan pelukannya lebih, mengecup punggungku dan menenggelamkan wajahnya dari balik tirai rambut [hair color]ku.

Saat-saat manis. Pagi yang selalu kurasakan mulai dari hari jadinya kami disatukan dalam ikatan tak terduga.

Kami merasakan kehangatan tubuh masing-masing seolah waktu telah berhenti dan dunia hanya milik kita berdua.

Aku memutar tubuhku, membiarkan diriku sepenuhnya masuk dalam pelukan hangatnya.

"Kau harus segera bersiap...."

Dia mengecupku lembut untuk kesekian kalinya setelah bergulat semalaman, menandaiku dengan warna merah seolah menjadi warna yang disukanya, lalu meraih tubuhku dalam dekapnya lagi.

"Emmhh...," desahku. "Kau mandi duluan saja, aku akan menyiapkan sarapan."

"Aku ingin seperti ini lebih lama."

Pada akhirnya, aku menuruti permintaannya, membiarkan pagi indah ini berlangsung lebih lama.

Aku menyukai sentuhan pemuda ini yang lembut dan menghangatkan, menyukai bagaimana dia memperlakukanku, dan menyukai bagaimana cara dia mencintaiku dengan sederhana.

Tapi aku belum bisa membalasnya dengan apapun, karena baginya itu tidak penting.

Bahkan saat aku ingat kalau aku menyembunyikan sesuatu darinya, hatiku seolah serasa seperti tertusuk sesuatu. Menyakitkan.

Tapi pemuda ini selalu sangat baik padaku tanpa menyadari hal itu.

"Chuuya-kun," panggilku. Nama orang yang kini berstatus sebagai suamiku.

"Apa? Ingin kuambilkan sesuatu?"

"Teh hangat saja."

Dengan perlahan, ia melepaskan kedua lengannya dariku dan beranjak dari kasur.

Ini menjadi hal sederhana yang kusuka : memandangi keindahan kota Yokohama selagi pemuda itu membuatkan teh yang kuminta.

"Kau tidak ingin mengatakannya, [First Name]-chan?"

Aku bergeming, diam. Seraya mencerna secara mekanik kue lembut dalam mulutku, aku berpikir.

Memang seharusnya aku mengatakan ini pada Chuuya-kun, tapi rasa ingin dan tak ingin begitu membuatku bingung.

Ingin kuberitahu, karena Chuuya-kun memang harus tahu ; tidak ingin juga, karena tidak ingin nanti jadi membebaninya saat bertugas.

"Kau sudah tahu dari seminggu yang lalu, lho, [First Name]-chan," ungkap Anee-san. "Kau sungguh ingin menyembunyikan ini. Sampai kapan?"

Aku menghela nafas singkat dan menggeleng kecil, kemudian membalas, "aku juga tidak tahu, Anee-san. Rasanya membingungkan."

"Tenang saja, [First Name]-chan," wanita itu tersenyum. "Chuuya pasti mengerti."

Aku pun ikut tersenyum. Tepat saat itu pula, pemuda yang sedang dibicarakan itu memasuki ruangan.

✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang