Chapter 3 : Daily Activities!

2.3K 285 45
                                    

GUGUP. Begitulah keadaanku saat ini. Sebenarnya sulit untuk dideskripsikan. Aku menoleh ke bawah, hanya awan putih seperti kapas yang melayang di udara. Bahkan kerap kali aku seperti merasakan diriku menabrak awan.

Tanpa sadar aku tersenyum kagum. Ini ya rasanya menabrak awan…. Tanganku terangkat menyentuh jendela helikopter di sampingku sembari sekali lagi terpukau karena bisa melihat kota dari atas.

"Kau tidak mabuk?"

Aku spontan menoleh dan tersenyum sembari menyandarkan punggungku. Aku menggeleng lemah—masih dengan senyuman yang sama—kemudian membalas, "tidak, mungkin karena terlalu fokus dengan yang di luar, aku tidak merasakannya."

Nakahara-san tidak berbicara apapun lagi. Sedikit canggung sebenarnya kalau aku berbicara dengannya, toh dia atasanku dan aku tidak bisa sembarangan untuk berbicara dengannya karena posisiku dengannya yang berbeda. Kalau aku sampai berbicara informal padanya, sepertinya itu kurang sopan, ya?

Beberapa menit berlalu, Nakahara-san menggerakkan kepalanya mendekati jendela di dekatku.

Tanpa menoleh, ia bergumam dengan suara yang terdengar jelas, "sudah dekat, ya?"

"Eh?"

Aku mengikuti arah pandangnya dan ikut menoleh keluar. Tepat tak terlalu jauh di bawahku, sebuah kapal induk besar sedang terbang di sana.

"Kau… tidak takut ketinggian, 'kan?"

Aku menoleh begitu Nakahara-san bertanya dengan sedikit takut-takut padaku. Untuk sesaat aku terus memandangi manik blue sky itu, sampai diriku tersadar—aku menggeleng lemah.

"Ah… maaf. Ketinggian, ya?" aku sekali lagi menoleh ke luar. Kupikir… tidak. Aku menelan salivaku kasar dan menatap lamat-lamat keluar jendela.

Aku menguatkan hatiku dan berucap, "iya, aku tidak takut… ketinggian." kurasa. Dalam hati aku menambahkan.

Nakahara-san menghelakan nafasnya kemudian membuka pintu helikopter dengan tiba-tiba. Seperti biasa, ia selalu lebih dulu siap memegang topinya lebih dulu ketimbang memikirkan dirinya yang mungkin bisa saja terhempas begitu saja. Tapi dia memang maniak topi, ya?

Begitu aku mendekat ke arah pintu, berniat untuk bersiap terjun. Hatiku seketika berat untuk melakukannya. Apa kalian pernah berpikir untuk terjun dari atas helikopter ke pesawat lain yang tepat berada di bawahnya? Ya, itulah yang sekarang akan kulakukan.

Kakiku lemas seketika begitu memikirkannya. "Ayo, kita mulai!" Nakahara-san tersenyum lebar begitu ia dengan sangat mudah mengatakan hal itu.

Aku yang belum siap hati maupun mental hanya berucap patah-patah, "eh?! Apa… chot—"

Belum selesai bibir ini kering berbicara, Nakahara-san sudah menarik sebelah tangan kananku dan melompat keluar sembari menadah topinya itu.

Ia tetiba berbalik menghadapku dalam keadaan masih terjun. Sekali lagi aku berhadapan dengan manik blue sky miliknya yang indah itu, tanpa kusadari ia tersenyum lembut padaku.

Entah bagaimana wajahku saat ini! Kuharap semburat semerah tomat tidak terlukis disana. Akan sangat malu jika hal itu terjadi. Tapi jujur, dia benar-benar tampan.

Begitu sadar, Nakahara-san sudah tidak memegangi topinya lagi. Apa-apaan itu? Topinya tidak terbang? Dan entah sejak kapan tubuhku seolah mengeluarkan sinar merah. Apa mungkin… ini kemampuan Nakahara-san?

Nakahara-san menarik tubuhku seolah tidak ada angin yang berusaha melawannya, ia kemudian memegang bahu kiriku dengan tangan kirinya—menjaga kala diriku mungkin dipikirnya akan terbang atau lebih tepatnya memang akan terbang?

✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang