Chapter 12 : What is That Mean?

1.5K 212 30
                                    

BEGINI, aku jadi bingung apa yang harus kulakukan. Maksudku, kesampingan diriku yang menolak Dazai-san waktu itu. Masalahnya, soal Nakahara—maksudku, Chuuya-kun—yang waktu itu mencuri ciuman pertamaku.

Mungkin sebagian orang mengira ciuman pertama itu tidak penting, tapi faktanya itu sangat penting. Ya, sangat! Dan aku sekarang jadi kelabakan sendiri setiap kali diriku berpapasan dengan Chuuya-kun, berusaha menghindarinya, bahkan seketika menjadi pribadi yang pelit kata-kata. Yep, aku menjawab bila ditanya, itu pun jawabannya hanya sesingkat saja.

Ya, sebenarnya aku ada alasan tersendiri mengapa menghindarinya juga.

Terlebih entah kenapa Chuuya-kun juga seolah-olah berusaha menghindari diriku—jadi, jarakku dengannya jadi sangat jauh. Sungguh, aku tidak mengerti. Apa dia mengingat kejadian waktu itu? Atau, ada hal lain yang mengganggunya? Memang ini bukan masalahku dan aku tidak berhak ikut campur masalahnya.

Tapi aku lebih khawatir lagi kalau dia marah padaku karena ucapanku kala itu. Iya, saat dia tetiba mengerjakan misi yang berbahaya seorang diri. Saat aku datang menyusulnya, dia seperti orang yang terpojok—saat itu pula, seolah aku tidak melihat Chuuya-kun yang biasanya.

Sebetulnya, aku sangat yakin kalau ucapanku saat itu tidak beralasan. Maksudku, aku tidak harus ikut campur dalam misinya kalau dia memang ingin melakukannya sendiri, lagi pula aku bukan bawahannya lagi.

Ya, boleh kuakui. Aku saat itu sangat khawatir dengannya, karena Chuuya-kun tidak seperti Chuuya-kun yang biasanya. Entah apa yang mengganggunya, tapi aku juga tidak ingin menanyakannya alih-alih bisa saja membuatnya tambah murung.

Mungkin yang mendorongku sampai-sampai berucap seperti itu adalah karena sebenarnya bos sendiri sudah berkata pada Chuuya-kun untuk memintaku membantunya saat itu.

Ah, sudahlah!

Lalu, setelah akhirnya aku menguatkan diriku, aku kembali bekerja. Bekerja sebaik mungkin, seceria mungkin, dan sebersemangat mungkin menutupi semua masalahku—khususnya, soal ciuman itu dan pertengkaranku dengan Chuuya-kun. Aku juga yakin kalau Chuuya-kun tidak mengingatnya, pasti. Namun, soal ucapanku yang menyakiti hatinya, sepertinya dia ingat.

Menyakitkan... ya? Aku juga belum bertanya soal apakah dia ingat soal kejadian waktu itu atau tidak, tapi sebaiknya tidak kutanya.

Dan yang terbaik adalah aku harus meminta maaf padanya.

Jadi, setelah akhirnya aku berhasil kembali ke diriku yang sebelumnya setelah beberapa hari. Untungnya pekerjaan di mafia tidak terlalu berat karena mulai mendekat tahun baru, aku jadi bisa bersantai-santai.

Contohnya, seperti saat ini.

Udara yang masih terasa dingin, perpustakaan yang sepi, dan tentunya tempat paling sempurnya untuk bersantai-santai.

Aku memindahkan halaman demi halaman buku yang kupegang, membacanya dengan teliti dan cermat, pula menyimak apa yang kubaca.

Sebelah tanganku terangkat, menggenggam gagang sendok kue yang biasa kugunakan kemudian melahap potongan kecil kue kesukaanku.

Aku terus melumatnya dalam diam. Tetap terfokus pada buku bacaan yang kini berada di genggamanku. Sekali lagi, halaman demi halaman kupindahakan secara bertahap.

"Achu!" aku menghela nafas singkat. Ah, sepertinya musim dingin ini benar-benar mengacaukanku. Sial, tidak kusangka aku akan terkena flu musim dingin.

"Flu?"

Aku hanya menggeram kecil sebagai jawaban tanpa melihat siapa orang yang bertanya padaku. Sudah kuduga, pasti pustakawan di sini. Kujamin sebentar lagi dia akan mengomeliku panjang–lebar takut akan koleksi buku-bukunya yang terkena ribuan virus dariku.

✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang