Chuuya Side 10 : Gift! (German)

746 84 19
                                    

"AKU sudah menyelesaikan tantangannya."

Aku tersenyum penuh kemenangan seraya menaikkan daguku. Ya, tantangan pertama permainan bodoh ini, aku yang memenangkannya.

Tapi, kenapa Dazai Si Brengsek ini tetap santai? "Eh~! Aku tidak yakin itu."

Sialan! Kata-kata licik seperti apa lagi yang ingin dia ungkapkan? Apa dia ingin memojokanku? Dasar bajingan!

"Seharusnya kau tahu, Chuuya. Yang kemarin itu termasuk kalau aku berkencan dengannya."

Sudah kuduga seperti ini. Perkataannya memang masuk akal. Tunggu! Apa itu artinya dalam hitungan lamanya, Dazai-lah yang lebih dulu memenangkan tantangan pertama ini?

Sialan, aku sudah dipermainkannya! Aku tidak peduli, tantangan kedua akulah yang akan menentukan peraturannya.

Namun, apa aku harus berterima kasih padanya, maksudku, Dazai? Memang kalau bukan karena permainan konyol ini, aku dan [First Name] tidak akan sedekat ini.

"Terserah kau saja. Kalau begitu, tantangan kedua aku yang akan menentukannya," sahutku tersenyum miring.

Untuk sesaat, hawa dingin yang mendesir lembut kulitku tidak terasa. Panas matahari lah yang menusuk walaupun aku tepat duduk diawah meja bertenda ini dengan Dazai.

Dan juga, suasananya terasa mencengkam seperti ini karena kini aku saling berpandangan sengit dengan Si Maniak Bunuh Diri ini.

Aku sudah memutuskan tantangan ini. Pun aku yakin, aku akan memenangkannya! "Tantangan kedua, memberikan hadiah untuk [First Name]."

Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa aku bisa memikirkan tantangan seperti itu?! Padahal, aku sendiri saja tidak tahu akan memberikan gadis itu apa.

Apa? Kalung? Cincin? Syal? Tidak, option ketiga itu paling tidak mungkin. Cih, bahkan mendengar soal syal saja membuat dadaku sakit.

"Nakahara-san, apa kau sedang tidak enak?"

"Hah?" Aku memiringkan kepalaku tidak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Etto, wajahmu menyeramkan. Apa kau sedang memikirkan sesuatu?"

Tepat sasaran! Ya, aku memang sedang memikirkan sesuatu. Tentang "hadiah apa yang harus kuberikan padamu?" itu.

Aku menopangkan daguku dengan sebelah tanganku yang berbalut sarung tangan hitam, sementara sebelah tanganku yang lain memegang gelas wine merah yang terisi setengah.

Kutatap bayanganku yang memantul dalam pantulan cairan merah dalan gelas itu. Apa aku memberikan wajah menyeramkan, ya?

"Mau kubuatkan teh lavender untuk menenangkan dirimu?"

Aku menurunkan gelasku kemudian bersandar pada penyandar sofa merah di belakangku.

Kuhelakan nafasku singkat lalu membalas, "tidak perlu. Arigatou."

"Bagaimana dengan ini? Teh ini baru datang ke Port Mafia."

Aku mengadahkan kepalaku menatap pustakawan yang cukup tua ini. Setelah meletakkan nampan berisi seteko teh dan tiga gelas di atasnya, ia mulai mengisinya.

"Ah, terlihat enak."

"Nona, tolong dinikmati dengan baik, ya."

"Oh, ayolah, Suzui-san. Jangan seperti itu. Kau tahu dengan baik, kalau aku ini sangat menghargai sebuah pemberian yang tidak kubayar, bukan?"

Eh—! Tidak kusangka [First Name] benar-benar mudah untuk akrab dengan semua orang, bahkan dengan pustakawan disini.

Tungguh, sepertinya kalimat barusan sedikit janggal. Menghargai sebuah pemberian yang tidak dibayar... ya?

✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang