Chuuya Side 16 : For You

989 90 7
                                    

KUHEMBUSKAN nafasku hingga kepulan putih keluar dari sana, kutatap langit tengah malam yang tampak sedikit kebiruan berhias cahaya gemintang di langit.

Rasa percaya dan tidak percaya begitu memukul dadaku. Bagaimana mengatakannya, ya? Maksudku, bukan berarti aku tidak suka kala gadis itu lebih dulu mengungkapkan perasaannya padaku.

Hanya saja... oi! Aku ini pria, mana mungkin ada seorang gadis yang bisa dengan mudah mendahuluiku untuk mengungkapkan perasaannya begini?

Lalu soal ciuman itu, sepertinya gadis itu sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya. Hal sederhana seperti inilah yang membuat hatiku sedikit lega. Lega karena aku tahu itu tidak mengganggunya, lega pula karena dia tidak marah padaku.

Ada pula hal lain yang membuatku mungkin sedikit banyak mulai mengenalnya dengan baik. Pertama, gadis itu memang ahli menembak. Kedua, dia sangat menyukai camilan manis terutama coklat.

Kuseruput amazake hangat yang manis dan menyegarkan ini. Waktu seperti ini, bersamanya, memang menjadi waktu yang sangat istimewa.

Sederhana, tapi menyenangkan.

"Jadi semuanya hanya permainan Dazai-san, ya?" tanya gadis yang kini ikut bersandar denganku.

"Begitulah," balasku. Sekali lagi, kuteguk amazake yang masih ada pada genggaman tanganku hingga habis. "Maaf karena tidak memberitahumu dari awal."

"Kau sudah mengatakan itu berkali-kali, Chuuya-kun. Tidak apa-apa, kok."

Benarkah? Ah, mungkin karena memang kurasa ini mengganggu hatiku, makannya aku tanpa sadar terus mengatakannya. Juga, rasanya... sedikit memalukan.

Kuulurkan tanganku ke arah [First Name], gadis yang mengerti maksudku itu, memberikan gelas plastik kosong miliknya. Kuremas gelas itu hingga tidak berbentuk lagi, kemudian kulempar sampai memasuki tempat sampah yang tak jauh dariku.

Melihat barisan di depan kami tampak mulai sepi, aku mulai berjalan mengikuti barisan. Begitu datangnya giliran kami untuk membunyikan genta, aku memulainya dengan [First Name] dan meneriakkan hitungannya dengan cukup keras.

Walaupun, sebenarnya kami lebih sering tertawa sendiri entah karena apa. Namun, sebetulnya itu menyenangkan juga.

Sisa waktu kami habiskan dengan mencoba berbagai macam jajanan lain yang belum dicoba. Aku penasaran, memangnya kapasitas pencernaan [First Name] itu sebesar apa? Gadis itu bisa-bisanya masih bersemangat seperti itu untuk makanan.

Padahal, saat aku masih belum bisa mencerna ucapannya yang mengungkapkan kalau dia menyukaiku, gadis ini sendiri yang menghentikan diriku untuk membeli gunungan makanan.

Selanjutnya, usai membunyikan genta, kami melakukan doa pertama di kuil. kulempar uang koin lima yen dan menepuk kedua tanganku sebanyak tiga kali kemudian kukatupkan.

Aku menghela singkat dan mulai memejamkan mataku. Kulapalkan permohonanku untuk tahun berikutnya....

Semoga hubunganku dengan [First Name] baik-baik saja dan mendapat ketenangan dari pria bedebah yang mengganggunya.

Begitu kubuka mataku, kuputar leherku ke samping dan menatap [First Name]. Untuk sesaat, aku merasa tersihir olehnya. Surai [hair color]nya yang legam nan berkilauan, bibir semerah darah, dan kulit seputih salju bak boneka porselen yang terpoles dengan sempurna. Kelopak mata yang menyembunyikan manik [eyes color] terlihat lembut.

Melihatnya sedekat ini, rasanya ia terlihat lebih cantik dari biasanya. Begitu bercahaya, sangat menyilaukan.

Ketika gadis itu membuka maniknya, ia tersenyum dan menoleh ke arahku. Aku yang tengah tertangkap sedang memandangnya, hanya bisa tersenyum dan mengatakan, "selanjutnya... ingin kemana lagi?"

✅️ [18+] New Year! Broken ❄ Chuuya X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang