Chapter 16

11.5K 798 25
                                    

"Karena Prilly adalah kekasih dari putra saya, jadi saya pun sudah menganggap Prilly seperti putri saya sendiri."

Semua siswa yang berada di kelas itu menatap Prilly secara intens, terjawab sudah kebingungan yang mereka rasakan sedari tadi. Pantas saja Ali tak marah saat Prilly berlaku tak sopan kepadanya, ternyata ini alasannya.

Para siswi menatap Ali nanar, pupus sudah harapan mereka untuk mendapatkan guru tampan itu. Sedangkan para siswa menatap Prilly dengan tersenyum, ah Prilly telah menyelamatkan mereka dari KEJOMBLOAN. Akhirnya peluang mereka untuk mendapatkan para siswi terbuka lebar karena saingan terberat mereka ternyata sudah memiliki kekasih.

"A... ayah!" Hanya kata itu yang keluar dari bibir ranum Prilly. Ia terlalu terkejut dengan ini semua.

"Iya sayang, kenapa?" Tanya ayah Devan seraya mengelus pucuk kepala Prilly pelan.

"Ayah kenapa ngomong kayak gitu? Kan ayah tau kalo..." Belum sempat Prilly menyelesaikan ucapannya ayah Devan sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Ayah tau sayang."

Ya, ayah Devan memang mengetahui bahwa Ali dan Prilly menyembunyikan hubungan mereka karena sebelum ia pergi untuk urusan bisnis Prilly sudah memberitahunya.

"Terus kenapa ayah ngomong kayak gitu?" Tanya Prilly dengan suara yang serak menandakan bahwa ia tengah menahan isak tangis.

Bayangkan saja, semua siswi menatapnya penuh permusuhan membuat nyali Prilly ciut. Belum lagi ia bukanlah seorang siswi populer yang mempunyai banyak teman dari kelas lain yang bisa membantunya bila nanti ia di bully. Ia hanya seorang siswi biasa yang hanya memiliki teman seadanya, namun ia bersyukur setidaknya temannya di sini tidak ada yang bermuka dua seperti saat ia duduk di bangku SMP.

"Berhenti menatap Prilly dengan tatapan seperti itu." Ali yang sedari tadi hanya diam sembari menatap tajam pada seseorang yang juga melakukan hal yang sama padanya itu pun akhirnya angkat bicara saat mendengar suara Prilly yang terdengar serak.

"Sayang, ayah melakukan ini semua untuk kamu. Coba kamu pikir, tadi yang tiba-tiba meluk sambil manggil ayah siapa? Kamu kan? Kalo misalnya ayah engga jelasin pasti mereka akan berpikir hal yang negatif sama kamu." Ucap ayah Devan menjelaskan.

"Tapi ayah..."

"Untuk kalian semua, saya harap kalian tidak memberitahukan hal ini kepada kelas lain atau guru sekalipun. Jika hal ini tersebar saya akan pastikan kalian tidak akan pernah menginjakkan kaki di sini lagi." Prilly yang tadinya ingin protes mendadak bungkam saat ayah Devan memotong ucapannya.

"Untuk anggota band Random saya tunggu kalian di ruang musik sepulang sekolah nanti." Ucap ayah Devan membuat Rara dan Leo mengangguk mewakili.

"Ayah mau kemana?" Prilly bertanya saat ayah Devan mengurai pelukan mereka.

"Ayah mau ke ruang kepala sekolah, ada hal yang harus ayah urus." Ucapnya lalu mengecup kening Prilly sekilas.

"Prilly ikut!" Prilly merengek membuat ayah Devan dan Ali gemas melihatnya.

"Ga boleh! Kamu harus belajar biar pintar." Prilly merengut mendengarnya.

"Nyebelin banget sih, mati aja lu!" Ucap Prilly sembari melemparkan tatapan tajam pada orang yang berbicara tadi siapa lagi jika bukan Ali.

"Bener sayang, kamu kan harus belajar."

"Tapi Prilly kangen sama ayah." Prilly kembali merengek.

"Kan nanti kita ketemu lagi, sekarang kamu harus belajar."

Tok...

Tok...

Tok...

"Permisi pak." Salah satu guru piket masuk ke dalam kelas.

Teacher! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang