Suara monitor EKG begitu memenuhi ruangan luas yang dihuni dua orang di dalamnya, namun tak ada satu pun yang berbicara. Bagaimana bisa berbicara? Jika salah satu dari dua orang itu saja tidak membuka matanya sama sekali sejak satu minggu yang lalu.
"Bangun Dis! Apa mimpi kamu terlalu indah di sana, sampai kamu enggak mau bangun?" Akhirnya lelaki yang duduk di samping ranjang pasien itu bersuara.
Tanpa lelaki itu sadari, di luar ruangan ada seseorang yang memperhatikannya dengan air mata yang terus mengalir.
"Princess!" Orang itu menoleh seraya menghapus air matanya.
"Aku gapapa, prince!" Balasnya seraya tersenyum. Ali yang melihat itu hanya menghela nafasnya kasar, kenapa sekarang gadis di hadapannya ini berubah?
"Aku mau kasih ini dulu sama kak Rommy, kamu tunggu di sini." Ucap orang itu yang tak lain adalah Prilly.
"Biar aku aja yang kasih ya?" Ali memberi penawaran. Namun gadis itu hanya menggeleng.
"Aku gapapa kok, kamu tenang ya!" Prilly mengelus lengan Ali pelan, mencoba memberi ketenangan pada lelaki itu.
"Kamu berubah!" Ucap Ali tiba-tiba membuat Prilly mengerutkan dahinya.
"Berubah gimana?"
"Dulu kamu ga pernah bisa menyembunyikan perasaan kamu. Hal sekecil apa pun selalu kamu tunjukan, bahkan saat kamu dicubit teman aja kamu langsung cerita sambil nangis. Tapi sekarang? Bahkan kamu bisa menyembunyikan kesedihan kamu di depan semua orang." Ucap Ali membuat Prilly terdiam.
"Aku ga sedih kok, prince!" Balas Prilly akhirnya.
"Kamu bisa aja bohongi semua orang dan bilang ke mereka kalo kamu baik-baik aja, tapi enggak sama aku. Aku ada untuk kamu, kamu bisa cerita apa aja sama aku. Kamu bisa menumpahkan kesedihan kamu sama aku, pundak aku akan selalu setia menjadi sandaran saat kamu lelah. Jangan pendam semuanya sendiri princess, aku tau ini begitu berat untuk kamu." Ucapan panjang dari Ali itu sukses membuat pertahanan Prilly roboh. Gadis itu segera menubruk tubuh Ali dengan tubuhnya dan menumpahkan tangisnya di dada bidang itu.
"Keluarkan princess! Keluarkan semua yang kamu rasakan! Aku di sini untuk kamu." Ucap Ali lagi membuat Prilly semakin menelusupkan wajahnya di dada bidang Ali.
Ali memejamkan matanya mendengar tangis pilu sang kekasih. Rasanya ia ingin berteriak pada sang pemilik takdir. Kenapa cobaan berat ini harus di terima gadis polos ini?
"Aku sedih prince! Aku ga sanggup liat kak Rommy seperti itu terus. Udah seminggu ini kak Rommy ga pulang dan terus menemani Mrs. Adisty di sini bahkan kak Rommy enggak ingin meninggalkan ruangan Mrs. Adisty sebentar aja." Ali semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu. Tuhan! Ali tak sanggup mendengar tangisan gadis kesayangannya ini.
"Itu bukti cinta bang Rommy, princess!"
"Aku tau! Dan dengan bodohnya aku malah membuat orang yang dicintai kak Rommy celaka. Aku jahat prince! Aku jahat!" Prilly memukul dada Ali dengan kedua tangannya sekuat tenaga. Ali hanya diam, membiarkan Prilly melampiaskan perasaannya.
"Sudah?" Tanya Ali saat Prilly telah menghentikan aksi memukulnya. Prilly mengangguk membuat Ali segera membawanya untuk duduk di kursi tunggu.
"Kamu dengar aku ya! Kamu enggak jahat! Semua ini sudah takdir, kamu enggak bisa menyalahkan diri kamu sendiri. Emang dengan kamu menyalahkan diri kamu bisa membuat semuanya kembali normal? Enggak princess! Jadi, udah ya! Berhenti menyalahkan diri kamu, ok?"
"Tapi kak Rommy bilang, ini semua karena aku! Gara-gara kejadian ini kak Rommy jadi marah sama aku, kak Rommy benci sama aku, kak Rommy..." Prilly sudah tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher!
Fanfiction"Prill! Katanya nih ya ada 2 guru di sekolah ini yang jadi most wanted!" "Oh gitu." Ucap Prilly malas karena sebenarnya tanpa diberitahu pun Prilly sudah tau lebih dulu. New Story! Kepikiran aja sih bikin cerita ini. Yang minat silakan dibaca hehe...