Chapter 22

10.2K 745 34
                                    

"Princess!" Ali mengerutkan dahinya saat tak melihat Prilly di dalam kamarnya namun sesaat kemudian ia tersenyum dan segera melangkahkan kakinya ke dapur.

"Kamu masak apa?" Tanya Ali seraya melingkarkan tangannya di pinggang Prilly.

"Apaan sih? Awas!" Ucap Prilly seraya mencoba melepaskan pelukan Ali.

"Ga mau ah, seru tau kayak gini berasa kayak orang yang udah nikah." Ucap Ali terkekeh membuat Prilly memutar bola matanya.

"Ga jelas! Udah sana peluk Mrs. Adisty aja!" Ali menghela nafas mendengarnya.

"Udah dong marahnya, kemarin kan aku cuma bantuin dia aja." Jelas Ali berusaha menjelaskan dengan perlahan tanpa melepaskan pelukannya.

"Bodo! Udah awas aku mau sarapan." Ucap Prilly lalu berjalan seraya membawa satu piring nasi goreng ke meja makan.

"Kak aku risih tau ga? Udah lepasin." Ucap Prilly ketus membuat Ali segera melepaskan pelukannya, jika tidak ia lepaskan Prilly bisa semakin marah. 

"Nasi gorengnya kok cuma satu? Buat aku mana?" Tanya Ali namun Prilly hanya mengangkat bahunya acuh.

"Yah kok gitu? Terus aku sarapan sama apa dong? Aku kan ga bisa masak, mana bunda keluar kota lagi. Mau sarapan di sekolah ga akan keburu, belum lagi tadi malam ga sempet makan. Sabar ya cacing, kita makannya nanti siang aja."

"Berisik! Nih makan!" Ucap Prilly seraya mengarahkan sendok ke mulut Ali.

"Kamu mau suapin aku?" Tanya Ali dengan mata berbinar.

"Ga usah banyak ngomong!" Ucap Prilly membuat Ali segera menerima suapan dari Prilly.

Dalam hatinya Ali berteriak senang, meskipun Prilly tengah marah namun ia tetap perhatian pada Ali. Ah bagaimana Ali tidak semakin cinta pada gadis mungil nan manja dihadapannya ini?

"Nanti setelah makan obatnya diminum ya!" Ucap Ali seraya mengelus lembut rambut Prilly. Walaupun Prilly belum memaafkannya setidaknya Prilly tidak menolak perlakuannya.

"Ga perlu, aku udah sembuh!" Balas Prilly ketus.

"Ga boleh gitu, obatnya harus tetap diminum takutnya nanti kamu sakit lagi."

"Tapi aku ga bisa minum obat tablet." Rengek Prilly membuat Ali tersenyum gemas.

"Udah berani ngerengek berarti aku dimaafin dong. Iya kan?" Tanya Ali jahil membuat Prilly seketika memasang wajah datar.

"Nanti obatnya aku halusin dulu kok, jadi kamu bisa minum obatnya." Ucap Ali tanpa menghentikan aktivitasnya mengelus rambut Prilly.

"Aku udah kenyang, kamu abisin aja ya!" Tolak Ali saat Prilly akan menyuapkan nasi goreng untuk kesekian kalinya.

"Sekarang waktunya minum obat!" Ucap Ali setelah Prilly menyelesaikan sarapannya.

"Tapi obatnya pahit." Ucap Prilly pelan membuat Ali tersenyum.

"Ya iyalah obatnya pahit kan yang manis itu senyum kamu." Ucap Ali membuat pipi Prilly bersemu.

"Receh banget gombalnya!"

"Masa? Kalo receh kenapa pipinya merah ya?" Goda Ali membuat Prilly semakin merona.

"Apa sih? Jadi minum obat ga?" Tanya Prilly berusaha menetralkan sikapnya.

"Iya jadi kok." Ucap Ali lalu menyuapkan obat itu pada Prilly.

"Makan buah ya biar pahitnya berkurang." Ucap Ali lalu memberikan sebuah apel pada Prilly.

"Kamu tidur aja ya! Nanti kalo udah sampe sekolah aku bangunin. Kamu itu harus banyak istirahat, ngerti?" Ucap Ali panjang lebar.

"Iya bawel!" Balas Prilly lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran mobil.

Teacher! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang