Suara tangis saling bersahutan di depan sebuah pusaran dengan nama 'Adisty Maureen'. Begitu banyak yang merasa kehilangan guru cantik tersebut, tak hanya keluarga bahkan para siswa dan guru SMA Pandu Jaya pun ikut merasa kehilangan.
Bagi para siswa Mrs. Adisty adalah guru yang baik walau pun beliau terkenal tegas namun ia tak pernah sekali pun membentak siswanya. Untuk para guru Mrs. Adisty adalah contoh bahwa tegas bukan berarti galak, tidak perlu menjadi guru yang menakutkan cukup menjadi guru yang disegani.
"Adisty... Kenapa kamu pergi secepat ini? Bahkan kita belum sempat mengukir kisah cinta kita." Ucap Rommy membuat semua orang yang masih berada di sana merasa iba.
"Sudah kak, ikhlaskan! Biarkan Mrs. Adisty tenang, kalo Kak Rommy kayak gini terus pasti Mrs. Adisty juga sedih." Prilly mencoba melapangkan hati sang kakak meskipun ia tahu kakaknya itu tak akan menerima apapun yang diucapakannya.
"Adikmu benar Rommy! Lebih baik kita pulang, apa kamu tidak ingin menyiapkan tahlil untuk Adisty?" Kali ini ucapan dari Mommy Ratna membuat Rommy bangkit dari posisinya.
"Adisty, aku pulang dulu. Kamu tenang ya, aku akan berusaha mengikhlaskan kamu dan aku akan selalu mendoakan kamu." Rommy mengelus nisan Mrs. Adisty dengan sayang seolah nisan itu adalah Mrs. Adisty.
"Ayo mom kita pulang! Aku mau menyiapkan tahlil untuk Adisty, aku mau lebih banyak lagi orang yang mendoakan dia." Ucap Rommy diiringi senyumnya namun semua orang tahu senyum itu hanya sebuah kepalsuan.
"Iya nak, kita pulang ya!" Mommy Ratna merangkul lengan Rommy kemudian memberi kode pada yang lain untuk mengikutinya.
"Princess, ayo kita pulang!" Ajak Ali saat Prilly masih terdiam di tempatnya.
"Sebentar prince!" Ucap Prilly kemudian bersimpuh di samping pusaran Mrs. Adisty.
"Mrs. Adisty, terima kasih atas semua yang telah Mrs. Adisty berikan sama aku. Terima kasih atas ilmu yang telah Mrs. Adisty berikan, terima kasih atas nasihat yang selalu Mrs. Adisty ucapkan, terima atas pengorbanan Mrs. Adisty untuk aku. Kalo aja saat itu Mrs. Adisty ga menolong aku mungkin aja sekarang aku yang ada di posisi Mrs. Adisty, mungkin..." Prilly menangis mengingat semua kejadian yang dialaminya.
"Sudah princess jangan disesali, Mrs. Adisty ikhlas menolong kamu." Ali menghapus air mata Prilly kemudian tersenyum menenangkan.
"Kita pulang ya?" Ajak Ali yang diangguki oleh Prilly.
"Aku pulang dulu ya Mrs. Adisty, nanti aku ke sini lagi." Prilky pamit kemudian berlalu bersama Ali.
"Aku memang orang yang bodoh! Adik mana yang dengan teganya merenggut nyawa kakaknya sendiri? Cuma aku! Aku pembunuh! Aku membunuh kakak ku sendiri."
"Cukup Ca! Penyesalan lo ga akan merubah keadaan, yang bisa lo lakukan adalah berdoa supaya kakak lo tenang di sana." Leo merangkul Caca yang terlihat sangat rapuh. Sejahat apa pun Caca dulu tetap saja dia adalah orang yang dicintai Leo maka tak heran jika Leo setia berada di sampingnya dalam keadaan seperti saat ini.
"Maafin aku kak, semoga kakak tenang di sana dan semoga kakak bisa ketemu mama. Kalo kakak udah ketemu mama, tolong bilang sama mama kalo aku minta maaf. Maaf karena aku sudah mengikuti jejak papa."
****
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?"
Suasana ruang keluarga di rumah Prilly terlihat begitu menengangkan di mana semua orang yang dekat dengan Mrs. Adisty tengah berkumpul. Seusai tahlilan tadi Caca meminta keluarga Prilly dan keluarga Ali serta anak Random untuk berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher!
Fanfiction"Prill! Katanya nih ya ada 2 guru di sekolah ini yang jadi most wanted!" "Oh gitu." Ucap Prilly malas karena sebenarnya tanpa diberitahu pun Prilly sudah tau lebih dulu. New Story! Kepikiran aja sih bikin cerita ini. Yang minat silakan dibaca hehe...