Chapter 38

5.3K 439 32
                                    

Seminggu berlalu, ujian kenaikan kelas telah selesai dilaksanakan. Selama itu pula Prilly tidak menampakkan dirinya di hadapan Rommy.

"Prince! Aku kan udah selesai ujiannya, aku mau jenguk Mrs. Adisty boleh ya?" Prilly meminta izin pada Ali karena memang selama ujian kemarin Ali tidak memperbolehkannya untuk menjenguk Mrs. Adisty dengan alasan Prilly harus fokus belajar.

"Iya, besok ya!" Balas Ali yang kali ini berhasil membuat Prilly mencebikkan bibirnya.

"Aku maunya sekarang prince!" Prilly merengek namun tak ada respon apapun dari Ali, lelaki itu hanya mengeratkan dekapannya pada Prilly seraya mencium rambut Prilly yang harum.

"Prince!" Prilly masih belum menyerah hingga suara ponsel membuat Prilly menghentikan aksinya.

"Halo!" Ali mengawali pembicaraan dengan orang yang meneleponnya.

"Gue ke sana sekarang!" Setelah cukup lama terdiam mendengarkan orang itu bicara akhirnya Ali hanya mengucapkan kalimat itu dan mematikan sambungan teleponnya.

"Kamu ganti baju! Kita ke rumah sakit sekarang!" Perintah Ali yang langsung diangguki Prilly.

Ali menatap punggung Prilly yang berlalu kemudian menghela nafasnya kasar. Ali harap setelah ini semua akan kembali seperti dulu lagi.

****

"Dis, kapan kamu bangun? Aku kangen sama kamu!" Setiap hari selalu kalimat itu yang Rommy ucapkan pada Mrs. Adisty yang masih betah dalam tidur panjangnya.

"Kamu ga kangen sama murid kamu yang nakal-nakal itu?" Rommy terkekeh mengingat Mrs. Adisty pernah bercerita tentang siswa-siswinya yang tak bisa diatur.

"Mereka juga kangen kamu loh Dis, kamu bangun ya?" Pinta Rommy kemudian mengecup punggung tangan Mrs. Adisty yang sedari tadi ada dalam genggamannya.

Tak lama Rommy merasakan tangan yang berada dalam genggamannya bergerak. Saat itu juga Rommy segera menatap wajah Mrs. Adisty, perlahan namun pasti mata yang selama ini ia rindukan terbuka.

"Dis? Kamu sadar? Kamu udah sadar?" Tanya Rommy dengan perasaan yang sulit diartikan hingga tak terasa air mata sudah mengalir dipipinya mewakili rasa bahagianya yang begitu besar.

Dengan segera Rommy menekan tombol merah yang berada di samping ranjang pasien untuk memanggil dokter yang selama ini menangani Mrs. Adisty.

"Adisty! Kamu mau apa? Jangan terlalu banyak gerak!" Ucap Rommy panik saat Mrs. Adisty membuka oksigen yang menutup hidung dan mulutnya.

"Pril... Pril... Prilly!" Dengan terbata Mrs. Adisty menyebut nama Prilly membuat Rommy memandangnya tak percaya. Kenapa nama pertama yang disebut Mrs. Adisty adalah nama gadis itu?

"Ada apa Adisty? Kenapa kamu menyebut nama gadis gila itu?" Tanya Rommy dengan nada tak suka membuat Mrs. Adisty menggeleng lemah.

"A... Aku... Ingin... Bertemu... Dengan... Prilly!" Masih dengan sedikit terbata Mrs. Adisty mengungkapkan keinginannya.

"Tidak! Kamu tidak perlu bertemu dia!" Rommy menolak keinginan Mrs. Adisty dengan tegas.

"Tolong! Aku mohon!" Sesaat setelah Mrs. Adisty memohon untuk bertemu Prilly, dokter datang untuk memeriksa keadaannya dan meminta Rommy untuk menunggu di luar.

Setelah cukup lama berpikir akhirnya Rommy memutuskan untuk menuruti permintaan Mrs. Adisty. Dengan ragu Rommy menekan tombol panggilan pada kontak teleponnya, cukup lama Rommy menunggu hingga pada nada sambung terakhir barulah panggilannya diangkat.

Teacher! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang