"Kenapa bisa kayak gini?"
"Kamu ada masalah apa sama Rara?"
"Kenapa dia bisa sejahat ini sama kamu?"
Rentetan pertanyaan itu tak dihiraukan sama sekali yang ditanya hanya mampu menangis sesenggukan membuat orang yang bertanya menghela nafasnya kasar lalu dengan gerakan cepat ia menarik tubuh orang yang tengah menangis itu ke dalam pelukannya.
"Gapapa kalo kamu belum mau cerita, aku akan tetap disini sampai kamu siap untuk cerita."
"Apa selama ini aku jahat sama orang?" Akhirnya orang yang sedari tadi bungkam itu angkat bicara juga walaupun dengan perkataan yang begitu menyayat hati. Sebegitu terpurukkah ia hingga berkata seperti itu?
"Engga! Kamu ngomong apa sih? Kamu ga jahat! Kamu adalah orang yang paling baik yang pernah aku kenal."
"Tapi kenapa mereka jahat sama aku? Saat tadi aku jatuh mereka malah menertawakan aku, bahkan diantara sahabat-sahabat aku cuma Leo yang mau membantu aku." Ali memejamkan matanya kuat, tak tega rasanya melihat gadisnya serapuh ini. Prilly, ya gadis itulah yang sedari tadi menangis dan tak menanggapi pertanyaan dari Ali. Jika mengingat kejadian tadi, ingin rasanya Ali memaki mereka semua dengan kata-kata kasar.
"Sir, mau jalan-jalan sama saya ga?" Ali menatap bingung pada Prilly yang berbicara formal padanya namun sedetik kemudian ia menganggukan kepalanya paham saat menyadari keadaan disekitar mereka yang ramai oleh siswa-siswi yang akan berjalan-jalan.
"Boleh, tunggu sebentar ya!" Ali ikut berbicara formal lalu masuk ke dalam villa dan selanjutnya ia kembali dengan sebuah jaket ditangannya.
"Kamu pake! Disini cuacanya dingin!" Ucap Ali setelah memastikan keadaan aman untuk ia memberikan jaket itu pada Prilly.
"Makasih!" Ali hanya mengangguk mengiyakan terlalu sulit untuk berlaku lebih pada gadis itu ditengah keramaian seperti ini apalagi tidak semua orang mengetahui hubungan mereka.
"Yaudah yuk!" Ajak Ali kemudian mereka berjalan beriringan tanpa saling menggenggam walaupun terasa aneh namun harus tetap mereka jalani.
"Mr. Ali!" Baru beberapa langkah mereka berjalan suara seseorang yang memanggil Ali mengharuskan mereka berdua berhenti melangkah dan menatap pada orang itu.
"Ada apa Mrs. Adisty?" Tanya Ali datar.
"Mr. Ali mau jalan-jalan kan? Saya ikut ya, soalnya saya tidak ada teman yang lain sibuk di villa." Ucap Mrs. Adisty membuat Ali mengalihkan pandangannya pada Prilly yang tengah menatap kearah lain.
Bagaimana ini? Ali tahu bahwa Prilly sangat tidak suka pada Mrs. Adisty dan pasti Prilly tidak mau Mrs. Adisty ada disini tapi jika Ali tidak mengiyakan bagaimana dengan Mrs. Adisty, bisa saja ia berpikir yang tidak-tidak terhadap Ali dan Prilly karena bagaimana pun belum ada guru yang tahu tentang hubungan mereka selain Rommy yang notabenenya adalah kakak kandung Prilly.
"Bagaimana Mr. Ali?" Pertanyaan dari Mrs. Adisty itu membuyarkan lamunan Ali.
"Ehm..."
"Ikut saja Mrs. tidak apa-apa kok." Belum sempat Ali menjawab Prilly sudah lebih dulu memotongnya membuat Ali menatap kaget pada Prilly. Benarkah Prilly mengizinkan Mrs. Adisty ikut bersama mereka? Prilly sedang tidak sakit bukan?
"Bersama kamu juga? Saya kira tadi Mr. Ali ingin jalan-jalan sendiri." Prilly menghela nafasnya kasar mencoba untuk menahan emosinya yang mulai tak terkontrol.
"Aduh mata Mrs. Adisty minus ya? Masa dari tadi saya jalan disamping sir Ali ga kelihatan?" Jika saja saat ini ia tidak sedang menjadi pusat perhatian seluruh siswa mungkin saat ini ia akan memaki guru centil ini tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher!
Fanfiction"Prill! Katanya nih ya ada 2 guru di sekolah ini yang jadi most wanted!" "Oh gitu." Ucap Prilly malas karena sebenarnya tanpa diberitahu pun Prilly sudah tau lebih dulu. New Story! Kepikiran aja sih bikin cerita ini. Yang minat silakan dibaca hehe...