17. Harusnya!

4.4K 344 8
                                    

Di sekolah,

Tejay dan verell berlari menghampiri ali yang baru turun dari mobilnya.

"Li, ada kabar bagus buat lo! Ada kabar buruk juga buat lo. Jadi lo mau denger yang mana dulu?"tutur tejay dgn nada tergesa-gesa.

Verel membantu ali berjalan, sepertinya ali masih sakit, bisa di lihat dari cara jalan ali yang sedikit merintih, ali juga tidak memakai motor kebanggannya untuk sementara waktu.

Wajah ali masih di perban dan luka legam juga masih tertera di wajah tampan ali, lalu kenapa ia memaksakan untuk masuk sekolah di saat keadaannya belum stabil?

"Kabar buruknya apa?"tanya ali dingin

"Kabar buruknya, dua minggu lagi sekolah kita bakal tanding basket sama SMK Rembulan. Katanya, rasya masih jadi kapten di timnya. Gue harap lo bisa bedain antara pertandingan dan bayar budi sama dia"jelas tejay di iringi anggukan verel.

Keduanya masih membantu ali berjalan di sepanjang koridor.

Ali diam sesaat lalu menatap jalan dengan tatapan kosong.

"Kabar baiknya?"tanya ali lagi yang kini sudah sampai di kelas mereka

"Manda pindah ke sekolah ini. Dan katanya ini demi lo, mungkin gara-gara di cafe reinbow lo gak respon dia dan sekarang dia mau ngejar lo. Gue tau lo jones mungkin lo bisa nerima cinta dia"tutur tejay lagi namun di iringi kekehan.

Ali duduk di kursi kelasnya, ia menaruh tas sambil mengola ucapan tejay barusan.

"Kalo menurut gue, semua berita yang lo bawa itu, temanya kabar buruk semua dan gak ada kabar baiknya sama sekali"celetuk ali membuat keduanya cengo

"Dia cantik lo li, bokapnya kaya, bodynya juga oke. Terus cewek yang kaya gimana lagi yang lo cari?"heran verel yg notabenya seorang playboy cap gayung, nama panggilan dari mila.

"Iya, lo kan ganteng li. Masa lo mau jomblo terus si, sebutin sama gue coba typical lo cewek yang kaya siapa?"tejay menepuk pipi ali pelan,

Sepertinya pikiran ali sedang terbang entah di mana, ia memikirkan seseorang yang selalu memenuhi pikirannya.

"PRILLY"sahut ali sepontan karena tepukan tejay .

Tejay & verel saling melirik satu sama lain.

"Bhahahaha lo suka sama cewek kaya gitu li? Hahahaha"tawa keduanya

Plakkk.. plakk..

"Maksud gue! Dia belum balikin baju gue yang dia pinjem kemaren, dasar dodol"cetus ali setelah menghajar dua kepala kadal itu, salah tejay & verel yang ali tuju maksudnya.

"Hah? Baju? Prilly pinjem baju lo kemaren? Lo? Lo? Lo gak nganu kan li? Lo masih waras kan li? Astaga, mentang-mentang tetangga lima langkah. apa gue mimpi? Seorang ali udah berani gauli cewek? tampar gue rel.. tampar..!"racau tejay

Plakk..

"Sembarangan lo, minggir gue mau ke lapangan basket"

Ali pergi meninggalkan dua sahabat gilanya itu setelah menghajar kepala tejay yang sedikit geser. Untung saja pagi ini kelas ali belum kedatangan guru. Sebenarnya ali malu jika harus mendapat ledekan mereka, ali juga belum siap memeberkan perasaannya yang masih abu-abu untuk prilly.

"Awsss sakit gening. Berati gue gak mimpi dong rel?"celetuk tejay lagi hingga membuat verel kesal.

"Otak lo perlu gue sikat pake sikat wc, jay!"decak verel
Ia lebih memilih pergi meninggalkan tejay menuju kursinya.

-♡-

Prilly berjalan dengan senyum sumringahnya. Ia yakin, kali ini ia pasti berani mengucapkan itu pada ali. Prilly melirik kotak makan yang ia peluk itu.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang