24. Yang ke dua

5.8K 449 32
                                        

Prilly melangkahkan kakinya melewati gerbang rumah bercat putih dengan ukiran emas. Ia membalikkan badannya lantas mendongkak menatap rumah yang tertelan oleh kesunyian.

Bibir itu, ia paksakan tersenyum. Namum terlihat pilu.

"Bunda, Do'ain anak kesayangan bunda ini ya?. Semoga Ily bisa ngerjain semua soal ulangan dengan mudah, semoga Ily bisa naik kelas. Aminnnn ya allah.."

"Bunda jangan khawatirin Ily, ya? . Bunda tau kan? Ayah lagi sibuk kerja di sana jadi kita jauhan terus, ayah juga pasti kangen sama bunda, Ily gak apa-apa kalo harus sendiri di sini. Ily bisa jaga diri kok, Ily kan kuat kaya bunda."

Tetes demi tetes air mata jatuh dengan sendirinya. Siapa yang tau? Gadis yang selalu membuat ulah ini sangatlah rentan. Ia akan selalu menangis bila keheningan datang.

Tinn...

"Pil, lo mau bareng gak?"

Itu Ali, dia tepat di samping Prilly.

Kepala Prilly tertunduk lalu tangannya mencoba menghapus jejak air mata sialan itu.

Masih menunduk, ia membalikkan badan menghadap Ali. Tanpa kata, ia langsung naik ke motor gede milik Ali.

Semua pergerakan itu tak lepas dari tatapan Ali. Motor berplat biru ini langsung melaju perlahan, di sepanjang jalan gadis itu selalu menunduk. Sesekali Ali meliriknya melalui kaca spion.

"Upil, lo kenapa?"

Prilly diam hanya dengan lamunanya tanpa menggubris pertanyaan Ali.

Ali benci kediaman itu, Ali tau pasti gadisnya sehabis menangis. Matanya masih memerah. Bagaimanapun Ali harus mengembalikan keceriaan Prilly.

Senyum sinis terukir di bibir Ali. Ia menaikkan laju motornya, menarik gas tanpa pikir dua kali.

Bremm..

"Kyaaaaaa..."

Tangan Prilly memeluk Ali dengan eratnya, wajahnya ia tenggelamkan di punggung Ali.

"Hahaha.."tawa Ali mengiringi suara kendaraan lain.

"ALIIIIIII..." Prilly melepaskan pelukannya. Dengan perasaan masih was-was ia langsung menghajar helm yang Ali kenakan.

Takkk..

"LO SENGAJA YA!" Wajah garangnya kembali lagi.

Ini yang Ali suka!.

"LO PASTI MODUS KAN SAMA GUE!"pekik Prilly dengan mata melotot.

Ali masih tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Lo yang peluk-peluk gue, kenapa gue yang di hajar?"balas Ali tetap fokus pada jalanan.

"DASAR COWOK TENGIL! GIMANA GUE GAK MELUK LO TADI, GIMANA KALO GUE JATOH! LO KIRA GUE KUCING YANG PUNYA TUJUH NYAWA, HAH!."

"Lo gak liat kalo gue abis nyalip truk gandengan? Makanya kalo naik motor tuh fokus ke jalan. Jangan nunduk kaya nyari lobang belut di galengan sawah."

Prilly cemberut sambil menyilangkan tangannya. Ia ingat, Ali pernah melakukan ini ketika mereka kehujanan sepulang dari taman dulu.

Tiba-tiba tangan kanan Ali terulur ke belakang, menarik tangan Prilly menuju pinggangnya.

"Lo aman kalo pegangan sama gue."

Glek..
Prilly menelan salivanya sendiri. Matanya kicep mencoba untuk sadar.

Suara lembut Ali seperti sebuah hipnotis, membuat sebelah tangannya yang lain melingkar di pinggang itu tanpa sadar.

Ali menunduk menatap tangan mungil itu. Ia mengelus tangan Prilly. Senyumnya mengembang beriringan dengan perasaan yang kian menghangat.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang