38. Ujian.

4.4K 430 62
                                    

Kaki kokoh seorang pria berjalan dengan tergesa-gesa. Dahinya berkerut menahan rasa emosi yang kian memuncak.

"Arghhhh!"erang Rassya prustasi. Ia duduk di sopa ruang tamu, tangannya mengacak-acak rambut dengan kesal.

Keadaan band mereka sudah berada di ujung tanduk, Rassya benci jika ia harus membubarkan band ini.

Semenjak pacaran dengan Prilly,  sudah banyak job yang ia batalkan secara tiba-tiba. Tak hanya itu, uang simpanannya pun hampir habis untuk mengganti rugi semua pembatalan manggung.

Apalagi semenjak ada band Ali, bandnya seperti tersingkir dan jarang yang meminta mereka untuk tampil di televisi.

Kaki Rassya di hentakkan menerjang meja.

Perasaan ingin menghancurkan benda mulai muncul. Rassya mengangkat tangannya ingin memukul meja,

"Kamu sudah pulang nak?"

Rassya menghentikan niatnya,  menatap pria berusia setengah baya yang berdiri di tangga. Ia meliriknya malas. Sok perhatian, sejak kapan dia mau repot-repot menyapa dan ingin tau urusannya.

"Kenapa baru pulang, ini udah jam dua pagi, angin malam gak baik buat anak muda seperti kamu, Rassya."

Rassya tetap diam.

"Papa bicara sama kamu, Sya!."

Rassya memutar matanya jengah, "Mau saya dari manapun, sejak kapan anda peduli?"

"Jaga omongan kamu Rassya! Papa ini orang tua kamu, kamu tanggung jawab papa. Tidak sepantasnya kamu berbicara seperti itu."

Rassya tersenyum sinis. Ia mengambil tasnya dan segera berlalu menuju kamar. Tak peduli pada semua ocehan pria tua yang tidak memiliki hati itu .

***

Rassya keluar dari kamar mandi, rasanya lebih segar setelah mandi di sore hari. Ia duduk di atas kasur dan meraih ponselnya.

Jarinya menuntunnya untuk membuka galeri. Senyumnya mengembang beriringan dengan kelegaan. Galeri Rassya penuh dengan foto Prilly, foto yang ia ambil secara diam-diam maupun ia download dari sosial media.

Di tatapnya wajah cantik Prilly.

"Gue gak peduli sama nasib band. Gue juga gak peduli, seberapa pun uang yang gue buang secara cuma-cuma."

"Yang terpenting sekarang, lo tetap jadi milik gue, Pril."

Ia merebahkan tubuhnya. Menatap atap dengan pandangan kosong.

"Baru kali ini gue jatuh cinta sama cewek sampe segininya."

"Dan baru kali ini gue bisa nyetop keinginan buat nyentuh cewek."

Bibirnya tersenyum sinis. "Baru kali ini juga, gue repot-repot bikin rencana licik dengan nyelakain orang lain hanya demi meraih apa yang gue mau."

Rassya memejamkan matanya. Ia aneh pada dirinya sendiri. Semua siswa SMK Rembulan tau jika Rassya seorang playboy, semua orang tau jika Rassya adalah pria yang hanya memacari wanita untuk kesenangannya sendiri.

Sekarang? Ia memang memiliki keinginan untuk menyentuh Prilly, tapi entah mengapa, perasaan lain seolah melarangnya untuk itu.

"Gue emang cowok brengsek. Tapi cuma lo yang berhasil kendaliin kemauan gue, Pril."

Rassya membuka matanya, ia tertawa kecil ketika mengingat Prilly menamparnya sangat keras saat ia berniat mencium bibirnya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang