25. Terungkap

5.5K 374 13
                                    

"Aliiiii... hahaha.. ahh... stopp.. udahh... gelii..."

"Rasain! Ampun gak hah?"

"Iya.. iyaa.. gue kalah.. aaaaaa.. ampun!"

"Hahaha.. huhh.. huhh.. capek.."

Resi tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir dengan pola pikir dua anak remaja itu. Ada perasaan hangat juga ketika mengingat keakuran keduanya akhir-akhir ini.

Di taruhnya dua jus jeruk di atas meja, kembali menatap Ali dan Prilly yang tiduran di lantai yang masih sama-sama terkikik geli.

"Ekhem.. katanya mau belajar bareng, tapi kok malah main kejar-kejaran terus dari tadi"

Prilly dan Ali tercengir kuda menatap beliau. Ali duduk sesekali menoleh pada Prilly.

"Liat Mah, Prilly coret-coret muka Ali kaya gini. Ngeselin kan?" Adu Ali membuat Prilly memanyunkan bibirnya kesal.

Resi menahan senyumnya ketika melihat ada kumis membentang yang terbuat dari spidol hitam. Di jidat Ali juga terdapat tulisan dengan huruf kapital bertengger (TENGIL).

"Lagian tan, Prilly kan nyuruh Ali nulis reaksi kimia buat latihan, siapa tau besok muncul di soal ulangan, eh dia malah gelitikin kaki Prilly pake bulu kemoceng. Siapa yang lebih ngeselin coba kalo kaya gitu?"

"Elo lah! Liat nih. Ini permanen Pil, entar gimana gue mau solat coba kalo ada kaya ginian?"

"Siapa suruh bikin orang geli!"

"Ada kaki nganggur kan? Yaudah"

"Ihhh ngeselin!"

"Bodo!"

Resi di buat pusing karenanya. Mereka mulai lagi.

"Udahhh.. stop! Ali, kamu yang salah kok malah nyalahin Prilly. Sekarang kalian belajar lagi, gak boleh bercanda terus, kalo kaya gitu kapan kalian belajarnya. Mau nilainya jelek hem?"

"Eh jangan dong mah!"kilah Ali, Resi berlalu menuju kamarnya.

Prilly meleletkan lidahnya meledek Ali. Meski sudah menjadi pacar pria rese ini, tidak ada salahnya kan jika mereka belum bisa menghilangkan kejahilan yang sudah melekat pada diri masing-masing sejak masih kecil.

Melihat itu Ali langsung menggaitkan tangannya di leher Prilly. Tanpa pikir panjang Ali menarik hidung Prilly gemas membuat Prilly terpekik.

"Aaaaa sakit tengil.."

Prilly mengaduh dan menjauhi Ali, tangannya mengelus hidung yang mulai memerah. Bukannya merasa bersalah, Ali malah tertawa puas.

"Hahaha.. rasain tuh, Upil.."

~♡~

Prilly mengamati rumah yang berada di samping rumahnya, tak lama matanya melirik arloji yang ia kenakan. Rintik hujan menemani dinginnya cuaca pagi ini. Tangan mungil itu terangkat memeluk tubuhnya sendiri.

"Ali mana ya? Kok tumben jam segini belum manasin motor?"

"Udah jam setengah tujuh tapi belum muncul juga. Masa iya belum bangun?"

"Mentang-mentang hujan, dia mau bolos ulangan gitu? Gak bisa di biarin!"

Prilly berdecak kesal. Kakinya melangkah memasuki gerbang rumah Ali, menerobos hujan. Tak masalah untuk Prilly, toh ia memang menyukai hujan.

Di depan pintu utama, Prilly mengetuknya sambil mengintip ke jendela.

"Assalamu'alaikum.. Ali.."

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang