31. Putri Salju

4.1K 406 39
                                        

Satu demi satu anak tangga, Ali coba naiki. Rasa sakit hasil terjatuh tadi tidak bisa melumpuhkan niat pria tampan itu.

"Ini pertama kalinya gue jadi maling di rumah tetangga gue sendiri."

"Tetangga yang jadi musuh bebuyutan gue dari kecil."

"Tapi udah naik pangkat sih jadi cewek gue."

"Sayangnya. Pangkat itu udah turun lagi."

"Lebih parah. Jadi.. Mantan."

"Naik rumah tingkat, gue jadi inget film kartun!."

"Gue berperan jadi pencuri mahkota putri raja, terus naik ke menara yang terpencil di hutan."

"Ketemu cewek cantik yang rambutnya panjang banget, warna rambutnya juga aneh, kaya kuning.. kuning tai."

"Eh, kuning mas."

"Abis itu kita gelut di dalam menara."

"Gue pingsan dan di iket di kursi kayu."

"Pas bangun wajah ganteng gue di pukul pake wajan."

"Kok miris amat ya?"

Kakinya tiba di anak tangga terakhir. Tangan kokoh itu meraih pembatas balkon. Kepalanya menunduk melihat suasana halaman rumah Prilly dari ketinggian.

"Kalo dua cunguk liat gue naik kaya gini. Yakin dah, mereka bakal ambil galah buat nyodokin gue dari bawah sambil bilang.."

"oooy ada penomena.. onta arab bisa naik tangga.!"

"Ck. Verel sama Tejay emang Kampret!."

Happ..

Ali berdiri di balkon kamar gadisnya. Oh ya, mantannya. Catat itu.

Tiba-tiba perasaan Ali tertohok. Matanya menatap balkon kamarnya di sebrang sana, terbayang jika di tempat ini Prilly-nya selalu memandangnya dengan senyuman manis. Tapi, itu dulu.

Ya, dulu.

Perlahan Ali berjalan mendekati pintu kamar Prilly.

Tok tok tokk..

"Prill!"

"Kamu di dalam kan?"

"Tolong buka pintunya!"

Tangannya meraih knop pintu. Tidak di kunci ternyata.

"Kamu yang buka atau aku masuk sendiri?."

Tidak ada suara sama sekali. Dengan senang hati Ali masuk tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Angin malam mengiringi langkah Ali. Pintu kamar itu di biarkan terbuka hingga gordeng kamar Prilly menari-nari bersama hembusan angin.

Ia mengedarkan pandangannya, ruangan ini gelap hanya di terangi lampu tidur di atas nakas. Ini baru jam delapan malam, sejak kapan Prilly bisa tidur dijam ini?.

Ali berjalan masuk perlahan, senyumnya mengembang, ia melihat gadisnya dalam pencahayaan remang.

Disana, Prilly tertidur menyamping membelakangi Ali, menghadap nakas.

Ali mendekatinya lalu berjongkok di lantai bawah kasur Prilly.

Di pandanginya wajah polos nan menggemaskan itu.

Tangan Ali meraih helaian rambut Prilly yang menutupi wajahnya, Ali selipkan di belakang telinga Prilly hingga tak ada lagi yang menghalangi kecantikan ini.

Di elusnya pipi chubby Prilly.

"Aku kira, aku bakal parodiin kisah Tangled. Tapi ternyata, aku malah nostalgia sama kisah Putri Salju."

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang