23. Berkat Biji Cabe

5.4K 497 12
                                    

"Sok jagoan sih lo. Udah diare aja, baru meringis"

"Dia yang untung, sehat-sehat aja. Nah perut lo? Apa kabar?"

"Masih mending cuma diare bukan usus buntu!"

"Kalo nanti lambung sama usus lo gak nahan banyaknya kadar biji cabe yang kaya si prilly turunan cabe rawit itu, lo mau di oprasi terus usus lo di potong dan di jadiin makroni usus? Engga kan!"

"Gue gak habis pikir, dulu aja lo paling seneng liat dia menderita, lah sekarang?"

"Cihh.. Makan tuh cinta!"

Sumpah serapah dari mulut Verel untuk Ali belum juga berhenti sejak jam istirahat hingga sekarang. Bel pulang berbunyi pun, Verel terus saja mendumel.

Berbeda dengan Tejay yang hanya diam sambil sesekali tertawa miris mendengar perkataan Verel yang tidak masuk akal.

Lihat saja. Setelah Ali memakan bakso milik Prilly tadi, Ali tak hentinya bulak-balik kamar mandi. Selain mengganggu pelajaran, kondisi Ali juga sangat memprihatinkan. Wajahnya pucat pasi dan perutnya terus merilit.

"Mana gue tau kalo pedesnya kebangetan gitu!"gumam Ali dengan tangan yang masih meremas perutnya.

"Halah bilang aja lo gak mau Prilly yang ngerasain itu. Lagian elo, bukannya pulang dari tadi! Sekarang liat, kondisi lo malah makin drop kan!"omel Verel lagi dan lagi sambil memapah Ali bersama Tejay.

Ketiganya kini berjalan menuju parkiran. Tak sedikit siswa mencuri pandang pada Ali, kebanyakan gadis-gadis itu memberi tatapan iba pada Ali si kakak kelas yang menjadi spesies sempurna.

"Udahlah Rel, lo kaya emak-emak tau gak. Ngomel mulu! Bukannya do'ain temen sendiri, ini malah nyerocos terus kaya burung beo"

Verel memutar matanya jengah mendengar protesan dari Tejay.

"Li, bisa bawa motor gak?"tanya Tejay

Ali diam sesaat, "gue usahain bisa."

"Nah tuh si biang kerok, PRILLY! SINI LO!"pekik Verel memanggil gadis itu yang hendak menghampiri Rasya di depan gerbang.

"Eh.. lo mau ngapain sih Rel!"bantah Ali.

Tejay menyikut Verel karena melihat Manda di koridor. Tejay tersenyum penuh arti "Tahan emosi lo Rel, gue punya ide"

Verel ikut tersenyum sinis.

"Hapus rencana gak berfaedah kalian itu!"protes Ali tanpa tau apa rencana keduanya.

"Diem aja Li, lo mau tes dia gak? Setelah ini, gue yakin dia bakal rasain apa yang tadi pagi lo rasain"bisik Tejay di setujui Verel.

"Iya! Sok cantik sih, eh emang cantik ya. Tapi kan siapa suruh mau-mauan di bonceng sama anak kecebong. Kita harus balas dendam buat Ali, Jay!"

Ali menatap dua sahabatnya dengan alis bertaut. "Jangan mulai! Lo tau kan kalo gue udah gak mau nyari ribut sama di.."

"Kenapa Rel?"

Suara halus itu membuat Ali bungkam. Prilly berada tepat di hadapan ketiganya.

"Lo harus tanggung jawab!"tegas Verel di angguki Tejay.

"Hah?"

Prilly cengo seketika.

Tejay membekap mulut Verel. "Biar gue aja Rel. Jadi gini Pril, gue selaku saksi atas tindak kriminal lo di kantin tadi, dan atas kelakuan lo yang sudah memberi si Anida ke dalam mangkuk bakso milik Ali, dengan terpaksa.."

"Halah bacot lo Jay" Verel menghentakkan tangan Tejay, ia beralih menatap Prilly.

"Lo liat sahabat gue! Dia mencret gara-gara makan bakso punya lo tadi! Sekarang lo harus tanggung jawab!" Verel menyerahkan kunci mobilnya setelah menarik tangan Prilly.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang