Beberapa bulan yang lalu...
"Karina, apa kamu sudah siap?"
Begitulah suara Papa memanggilku. Aku yang sedang berada di balkon kamar segera memutar kursi rodaku untuk masuk ke dalam kamar dan membukakan pintu untuk Papa. Setelah tiba di balik pintu, aku lantas membuka kunci dan menarik knop pintu ke bawah.
"Kamu sudah siap?" tanya Papa begitu melihat sosokku yang ada di hadapannya.
Aku mengangguk, "Sudah, Pa. Kita berangkat sekarang?" Aku menatap Papa dengan tanya.
"Iya, kita berangkat sekarang." jawab Papa yang kemudian berjalan masuk ke dalam kamarku untuk mendorong kursi rodaku ke luar kamar.
Beberapa menit setelahnya, aku dan Papa sudah berada di ruang tamu. Seperti biasa, Bi Ijah-asisten di rumah kami-membawakan tas kerja Papa ke dalam mobil. Papa membantuku bangkit dari kursi roda untuk masuk ke dalam mobil. Ya... beginilah aku. Dengan kondisi seperti ini, tidak banyak yang bisa aku lakukan.
Setelah aku berada di dalam mobil, barulah Papa melipat kursi rodaku dan memasukkannya ke dalam bagasi.
Aku melambaikan tangan kepada Bi Ijah. Wanita itu menebar senyum hangatnya sebelum akhirnya mobil yang dikemudikan Papa melenggang pergi meninggalkan rumah.
Ngomong-ngomong, hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di sekolah swasta. Sebelumnya, aku adalah pelajar homeschooling. Dimana, aku menjalani aktifitas belajarku di rumah bersama guru yang sudah diutus oleh yayasannya. Saat itu, yang mengajarku adalah Bu Guru Aurel. Orangnya cantik dan baik hati.
Aku menatap keluar jendela mobil. Begini rasanya melihat dunia luar. Dunia yang selalu padat akan para makhluk yang ciptaan Tuhan. Jarang-jarang aku keluar rumah seperti ini. Paling hanya pergi ke Gereja atau ke rumah Kakek dan Nenek.
Tapi, mulai sekarang aku akan sering keluar rumah dan itu akan menjadi berita yang baik buatku.
"Karina, apa yang sedang kamu pikirkan?" Suara bariton milik Papa mengacaukan lamunanku. Spontan, aku mengarahkan mataku ke arah spion kecil di dalam mobil dan mendapati Papa menatapku dari sana.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Papa lagi.
"Ng... nggak, Pa. Bukan apa-apa." jawabku sambil menggeleng.
"Benar tidak ada yang kamu pikirkan? Papa lihat kamu seperti sedang memikirkan sesuatu." ucap Papa merajuk.
Aku mengulum senyum dramatisku lalu kembali menggeleng, "Karina baik-baik aja, Pa."
Mobil kembali hening. Kira-kira, jalanan menuju sekolah baruku sudah dekat. Karena tadi aku melihat ada plang yang bertuliskan nama sekolahku tinggal dua ratus meter lagi. Aku bisa merasakan jantungku yang berdetak begitu cepat. Bahkan, sepertinya aku bisa mendengar suara detakan jantungku sendiri.
"Sudah sampai," ujar Papa memberitahuku. Oh, mengapa cepat sekali sampainya? Ini belum lima menit dan jarak 200 meter itu sudah habis ditempuh oleh Papa. Aku memandang sekeliling lewat jendela mobil. Ada gedung besar yang cukup menjulang di tengah sana. Di bagian atasnya, terdapat tulisan SMA Bunga Bangsa yang besar dan di-blok hitam.
"Ini sekolah kamu, Karina," ujar Papa. "Kedua kalinya kamu datang ke tempat ini. Tapi, hari ini sudah bukan sebagai calon murid tapi murid yang sesungguhnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEVAR
أدب المراهقينKarina Latisha adalah seorang gadis tuna daksa yang ingin merasakan indahnya dunia remaja. Memberanikan diri untuk bersekolah di sebuah sekolah swasta, ia bertemu dengan sosok Gazlan Samudera yang memiliki pesona bak Dewa Yunani. Keduanya punya rasa...