Semilir angin membuat anak anak rambut menari nari di atas keningnya yang berkeringat. Sepanjang matanya memandang ia bisa melihat taman luas hijau dipenuhi bunga dan kupu kupu berterbangan di sekitar.
Menutup dan membukalah matanya melihat keindahan sekitar. Merasakan sentuhan sejuk dari udara yang bertiup. Sinar matahari sedikit sedikit menyilaukan mata hingga sebuah tangan terbentang di depan wajahnya. Memberikan perlindungan bayangan dari teriknya matahari.
"ini untukmu" suara itu datang dari si pemilik tangan. Tangan satunya yang tak terbentang di depan wajahnya menyodorkan setangkai bunga dandelion.
"buatlah permohonan sebelum meniupnya" ujar suara itu lagi. Dirinya belum sempat dan tak dapat melihat wajah pemilik suara karena tangannya yang terbentang di hadapan wajahnya tersebut.
"kau tak punya permohonan?" tanya suara itu karena dirinya terus saja terdiam. "kalau begitu biar aku yang meniupnya" ia menarik kembali bunga itu. Terdengar sebuah tarikan nafas sebelum ia memulai "aku mohon, agar aku bisa menikah denganmu suatu hari nanti seulgi-ah"
Tak sempat ia kaget akan permohonan suara itu, satu persatu bunga itu berguguran di depan wajahnya saat sang pemilik suara meniup setelah menyuarakan permohonannya.
"seulgi.. Seulgi.."
"park seulgi.."
"hey putri tidur"
"YA PARK SEULGI!"Dengan satu sentakana mata gadis itu terbuka lebar. Kembali ke kenyataan dimana ia terbaring tidur di atas ranjang hangatnya. Nampak wendy berdiri di sampingnya, menatap dengan ekspresi berkyukur "akhirnya kau bangun"
Perlahan seulgi bisa mengambil seluruh nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi. Menyadari wendy yang sudah terlihat segar dengan rambutnya yang basah. Dan dirinya langsung serasa di tabrak realita "jam berapa sekarang?" tanyanya langsung bangun.
"kau hanya punya waktu setengah jam untuk bersiap" ujar wendy mulai menyalakan hairdryer untuk mengeringkan rambutnya "aku kira kau akan terbangun sendiri, tapi nampaknya kau sangat menikmati mimpimu" acuh wendy.
Seulgi kembali terdiam. Kata kata wendy membuatnya kembali teringat akan mimpinya tadi. Ini adalah pertama kalinya ia bermimpi hal itu. Tapi kenapa rasanya berbeda, rasanya sangat nyata.
"26 minute" ujar wendy berhasil membuat tubuh seulgi langsung bergerak dari ranjangnya menuju kamar mandi. Untuk sesaat mengacuhkan mimpinya semalam.
^-^
Ruang olahraga milik sekolah mereka memiliki lantai untuk permainan basket. Dengan dua ring di setiap sisinya dan di kelilingi tempat duduk untuk menonton. Tentu saja ruangan ini bukan hanya untuk olahraga basket saja. Gymnastic, bola kecil dan beberapa olahraga kebugaran juga sering dilakulan di dalam ruangan ini.
Akibat ruangan tertutup yang besar, sebuah tepuk tangan langsung menggema di dalamnya "kalian pasti datang untuk mendukungku" senyum mingyu kesenangan saat melihat tiga temannya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You See Me? | SEULHUN ✔
FanfictionAku tidak berubah - sama sekali Diriku yang sesungguhnya masih ada di sini, masih sama. Aku hanya menunggu hingga seseorang bisa membawaku keluar dari sini.